Kudapan Kecil Penuh Cerita
Kalau ke Semarang, rasanya belum sah kalau belum nyicip lumpia. Kudapan ini kelihatannya sederhana: kulit tipis renyah berisi tumisan rebung, telur, dan kadang udang atau ayam. Tapi di balik gigitan kecilnya, tersimpan sejarah panjang yang bikin lumpia jadi ikon kota ini. Bukan cuma camilan, tapi juga simbol perpaduan budaya.
Sejarah: Perpaduan Rasa Tionghoa dan Jawa
Lumpia pertama kali muncul di Semarang dari hasil pertemuan dua budaya: Tionghoa dan Jawa. Konon, seorang keturunan Tionghoa yang ahli membuat spring roll bertemu dengan warga lokal yang suka masakan manis dan gurih. Dari situ, tercipta lumpia dengan cita rasa unik: rebung yang diolah bersama bumbu khas Jawa, dibungkus kulit tipis ala Tionghoa. Warisan ini bertahan sampai sekarang, bahkan jadi oleh-oleh wajib.
Kenapa Rebung Jadi Primadona
Bahan utama lumpia adalah rebung, alias tunas muda bambu. Banyak orang awalnya ragu karena aroma khas rebung yang cukup tajam. Tapi di tangan penjual lumpia, rebung diolah dengan teknik khusus: direbus berulang kali untuk menghilangkan bau, lalu ditumis dengan bumbu gurih-manis sampai empuk. Hasilnya? Aroma harum dan rasa yang bikin nagih.
Lumpia Goreng vs Lumpia Basah
Kalau beli lumpia di Semarang, biasanya ada dua pilihan: goreng atau basah.
-
Lumpia goreng punya kulit garing keemasan yang kriuk saat digigit. Cocok buat yang suka tekstur renyah.
-
Lumpia basah punya kulit lembut, biasanya disajikan hangat dengan rasa isi yang lebih “juicy”.
Keduanya enak, tinggal pilih sesuai selera. Bahkan, banyak orang beli dua-duanya biar puas.
Pelengkap yang Wajib Ada
Lumpia biasanya disajikan dengan pelengkap sederhana tapi penting: saus kental berwarna cokelat manis, acar timun segar, dan daun bawang mentah. Sausnya memberikan rasa manis gurih, acar timun memberikan kesegaran, dan daun bawang memberi aroma tajam yang bikin rasa lumpia semakin kaya. Makan lumpia tanpa pelengkap rasanya kurang lengkap.
Tempat Berburu Lumpia di Semarang
Di Semarang, ada beberapa penjual lumpia yang sudah melegenda, seperti Lumpia Gang Lombok yang konon sudah ada sejak puluhan tahun lalu. Selain itu, ada banyak toko dan gerobak yang menawarkan lumpia dengan cita rasa khas masing-masing. Kalau mau dijadikan oleh-oleh, biasanya penjual sudah menyiapkan kemasan khusus supaya lumpia tetap renyah sampai rumah.
Cara Menikmati Biar Makin Nikmat
Makan lumpia itu gampang, tapi ada trik biar lebih mantap. Pegang lumpia dengan tangan, celupkan sedikit ke saus manis, lalu langsung gigit sambil makan acar timun. Perpaduan hangatnya lumpia, manisnya saus, dan segarnya timun akan bikin gigitan pertama langsung memorable. Kalau mau, bisa tambah cabai rawit buat sensasi pedas.
Bikin Lumpia di Rumah? Bisa Banget!
Kalau kangen lumpia tapi lagi jauh dari Semarang, bikin sendiri juga bisa. Intinya, siapkan kulit lumpia siap pakai, lalu isi dengan tumisan rebung, telur, dan daging sesuai selera. Lipat rapi, goreng sampai kuning keemasan, dan sajikan dengan saus manis. Rahasianya ada di bumbu tumisan rebung yang harus pas: bawang putih, bawang merah, merica, kecap manis, dan sedikit gula.
Lumpia, Bukti Kreativitas Kuliner Indonesia
Lumpia Semarang bukan cuma enak, tapi juga jadi bukti bahwa perpaduan budaya bisa melahirkan kuliner luar biasa. Dari rebung sederhana, lahirlah camilan yang bisa dinikmati semua kalangan, dari anak-anak sampai orang tua. Tak heran kalau lumpia selalu masuk daftar makanan tradisional Indonesia yang wajib dilestarikan.
Kesimpulan
Di balik bentuknya yang sederhana, lumpia Semarang punya cerita panjang, cita rasa khas, dan tempat spesial di hati penikmat kuliner. Sekali coba, biasanya susah untuk berhenti di satu gigitan. Jadi, kalau ada kesempatan ke Semarang, jangan lupa mampir dan bawa pulang beberapa bungkus untuk orang tercinta.