Page 2 of 3

Sehari di Senggarang: Kampung Tionghoa Tertua di Tanjungpinang

Mengenal Senggarang: Jejak Awal Komunitas Tionghoa di Kepulauan Riau

Di sisi barat Tanjungpinang, tersembunyi sebuah kampung tua yang tak hanya sarat nilai sejarah, Sehari di Senggarang tapi juga menjadi saksi awal keberadaan komunitas Tionghoa di Kepulauan Riau. Namanya Senggarang. Kawasan ini dipercaya sebagai kampung Tionghoa tertua di Tanjungpinang, bahkan sebelum era kolonial Belanda mencatat aktivitas perdagangan di wilayah ini.

Menjelajahi Senggarang dalam sehari akan membawa kita pada perpaduan harmonis antara budaya Tionghoa dan Melayu, rumah-rumah kayu di atas air, kelenteng tua yang sakral, dan keramahan penduduk lokal yang masih memegang nilai-nilai leluhur.


Pagi Hari: Menyusuri Rumah Panggung dan Jalan Kayu

Memulai Sehari di Senggarang, kamu akan disambut oleh suasana kampung nelayan yang masih sangat alami. Jalanan kecil berbentuk jembatan kayu menghubungkan rumah-rumah panggung yang berdiri di atas air. Pemandangan ini seperti menghentikan waktu—langkah demi langkah membawamu pada nuansa tempo dulu.

Suasana pagi:

  • Warga membersihkan pekarangan rumah

  • Anak-anak berangkat sekolah dengan sepeda

  • Aroma masakan pagi menyeruak dari dapur rumah panggung

Cobalah mampir ke warung kopi lokal. Di sinilah biasanya warga berkumpul, berbincang dalam campuran bahasa Melayu dan dialek Tionghoa yang khas. Selain itu, ada juga Patung Seribu yang jadi ikon wisata spiritual di Tanjungpinang. Tak jarang kamu akan mendengar cerita lisan tentang leluhur mereka yang datang dari Tiongkok selatan ratusan tahun lalu.


Menjelang Siang: Keliling Kelenteng Kuno yang Penuh Cerita

Salah satu daya tarik utama Senggarang adalah kelenteng-kelenteng tuanya. Di sini, kamu bisa mengunjungi beberapa kelenteng bersejarah, yang tak hanya menjadi tempat ibadah tapi juga bagian penting dari sejarah lokal.

1. Vihara Dharma Sasana

Kelenteng ini sudah berdiri sejak abad ke-18 dan masih aktif digunakan. Arsitekturnya khas Tionghoa klasik dengan ornamen naga dan lukisan dinding yang menggambarkan nilai-nilai spiritual.

2. Kelenteng Banyan Tree

Unik dan sakral, kelenteng ini menyatu dengan akar pohon beringin raksasa yang tumbuh menembus atap dan dindingnya. Banyak pengunjung percaya bahwa tempat ini memiliki energi spiritual yang kuat. Kesan mistis berpadu dengan rasa damai yang menenangkan.

3. Vihara Senggarang

Berlokasi di tengah kampung, vihara ini kerap di gunakan dalam upacara dan festival keagamaan, terutama saat perayaan Imlek dan Cap Go Meh.

Tips saat mengunjungi kelenteng:

  • Berpakaian sopan

  • Jangan ribut di dalam area ibadah

  • Hormati kegiatan keagamaan yang sedang berlangsung


Sore Hari: Belajar Budaya & Berburu Kuliner Khas

Setelah menjelajahi kelenteng, sempatkan waktu untuk mengobrol dengan warga. Beberapa keluarga masih menjaga tradisi membuat dupa, kue bulan, dan kerajinan tangan khas Tionghoa yang diwariskan secara turun-temurun.

Bila kamu datang di waktu yang tepat, bisa jadi kamu menyaksikan proses pembuatan makanan khas seperti:

  • Kue Bakul (Nian Gao) saat menjelang Imlek

  • Kue Mochi buatan rumahan

  • Kue lapis legit dan kue keranjang

Kegiatan budaya lainnya yang bisa ditemukan:

  • Latihan barongsai oleh pemuda lokal

  • Belajar cara sembahyang di altar leluhur

  • Menyaksikan latihan musik tradisional Tionghoa

Kuliner khas Senggarang yang wajib dicoba:

  • Mie Tarempa versi rumahan

  • Bakpao isi kacang merah

  • Es campur gaya Tionghoa lokal

  • Teh O khas Melayu


Menjelang Malam: Menyatu dengan Suasana Kampung

Saat senja tiba, warna langit mulai berubah dan memantul di permukaan laut yang tenang. Ini adalah waktu terbaik untuk duduk di dermaga kayu dan menikmati pemandangan matahari terbenam.

Banyak wisatawan menyempatkan berfoto di area pelantar, atau sekadar menikmati tenangnya kampung tanpa suara bising kendaraan.

Jika beruntung, kamu bisa ikut berkumpul bersama warga saat mereka menyalakan lentera atau melakukan sembahyang malam hari. Ini adalah pengalaman spiritual dan budaya yang sulit ditemukan di tempat lain.


Cara Menuju Senggarang

  • Dari Pelabuhan Sri Bintan Pura, kamu bisa naik pompong (perahu motor) menuju Senggarang selama ±10 menit

  • Alternatifnya, dari pusat kota bisa naik kendaraan roda dua atau roda empat melalui jalur darat (jembatan dan jalan kecil)

Biaya pompong: Rp5.000–Rp10.000 per orang
Jam operasional: 06.00 – 19.00


Waktu Terbaik untuk Berkunjung

  • Pagi hari untuk suasana segar dan aktivitas warga

  • Saat perayaan Imlek atau Cap Go Meh untuk pengalaman budaya maksimal

  • Hari biasa (weekday) jika ingin suasana tenang dan tidak ramai


Tips Berkunjung ke Senggarang

  • Pakai alas kaki nyaman, karena sebagian besar jalannya berupa pelantar kayu

  • Jangan lupa membawa kamera—banyak spot instagramable!

  • Hormati budaya dan aktivitas warga

  • Bawa uang tunai, karena belum semua tempat menerima pembayaran digital

  • Belajar beberapa frasa sapaan Tionghoa/Melayu bisa jadi ice breaker yang menyenangkan


Penutup: Senggarang, Titik Temu Dua Budaya

Menghabiskan Sehari di Senggarang bukan hanya tentang melihat bangunan tua atau mencicipi makanan khas, tapi juga menyelami harmoni budaya Tionghoa dan Melayu yang telah terjalin selama ratusan tahun. Di tempat inilah sejarah bukan hanya di ceritakan, tapi di hidupkan setiap harinya oleh penduduknya.

Senggarang bukan sekadar destinasi, tapi pengalaman budaya melayu yang utuh. Jika kamu mencari tempat yang kaya akan nilai sejarah, spiritualitas, dan kehangatan manusia—Senggarang adalah jawabannya.

Jelajah Hutan Mangrove Tanjungpinang: Edukasi & Petualangan

Mengenal Hutan Mangrove Tanjungpinang

Tanjungpinang, kota yang identik dengan sejarah dan budaya Melayu, ternyata juga menyimpan pesona wisata alam yang tidak kalah memikat—salah satunya adalah Jelajah Hutan Mangrove. Terletak di pesisir selatan Pulau Bintan, hutan mangrove Tanjungpinang menawarkan pengalaman unik: menyusuri jalur kayu di tengah rimbunnya pepohonan bakau sambil belajar tentang pentingnya ekosistem pesisir.

Hutan mangrove di sini tidak hanya berfungsi sebagai tempat wisata, tetapi juga pusat edukasi lingkungan yang aktif dikembangkan oleh pemerintah daerah dan komunitas lokal. Cocok untuk pelajar, wisatawan, dan keluarga yang ingin berpetualang sambil menambah wawasan.


Lokasi dan Akses

Jelajah salah satu kawasan hutan mangrove yang paling populer di Tanjungpinang adalah Kawasan Wisata Mangrove Sei Carang. Berjarak sekitar 10–15 menit dari pusat kota, tempat ini dapat kamu capai dengan kendaraan pribadi, ojek online, atau mobil sewaan. Akses jalannya sudah cukup baik, dan terdapat area parkir serta fasilitas umum yang memadai.

Selain Sei Carang, terdapat juga kawasan mangrove lain seperti di sekitar Dompak dan Sungai Nyirih, yang meski lebih kecil, tetap menawarkan pengalaman menyenangkan.


Menjelajahi Hutan Mangrove

Pengunjung akan disambut dengan jalur setapak dari kayu atau bambu yang membelah hutan mangrove. Jalan ini membentang sejauh beberapa ratus meter, lengkap dengan papan informasi di berbagai titik yang menjelaskan jenis tanaman, fungsi mangrove, dan ekosistem pesisir secara keseluruhan.

Aktivitas seru yang bisa dilakukan:

  • Tracking di jalur setapak: Menyusuri lorong hutan bakau sambil mengamati akar-akar unik dan satwa kecil seperti kepiting bakau dan burung air.

  • Naik perahu menyusuri sungai: Beberapa lokasi menawarkan paket tur mangrove dengan perahu kecil, memberi sudut pandang berbeda.

  • Pengamatan satwa: Pagi hari adalah waktu terbaik untuk melihat burung, serangga, dan ikan kecil di habitat aslinya.

  • Fotografi alam: Pemandangan akar bakau yang berliku dan cahaya matahari yang menembus dedaunan menciptakan suasana eksotis untuk difoto.

  • Belajar langsung tentang ekosistem: Sangat cocok untuk rombongan sekolah atau mahasiswa dengan panduan lokal yang siap berbagi pengetahuan.


Mengapa Hutan Mangrove Itu Penting?

Jelajah Hutan Mangrove bukan sekadar hutan biasa. Ekosistem ini memiliki peran vital dalam menjaga keseimbangan lingkungan pesisir. Beberapa manfaat pentingnya antara lain:

  • Menahan abrasi pantai dan melindungi daratan dari gelombang besar

  • Tempat berkembang biak ikan, udang, dan kepiting, yang penting bagi nelayan

  • Menyerap karbon lebih banyak dibandingkan hutan daratan

  • Filter alami untuk menjaga kualitas air di pesisir

Dengan menyusuri hutan mangrove, kita tidak hanya menikmati keindahan alam, tetapi juga memahami bagaimana pentingnya menjaga kelestarian lingkungan.


Fasilitas Wisata di Kawasan Mangrove

Untuk kenyamanan pengunjung, beberapa lokasi wisata mangrove di Tanjungpinang sudah dilengkapi dengan:

  • Jalur pejalan kaki (boardwalk)

  • Area istirahat/gazebo

  • Papan informasi edukatif

  • Toilet dan musala

  • Spot foto alam

  • Pemandu wisata lokal (dengan biaya tambahan)

Beberapa tempat juga menyediakan workshop menanam mangrove, yang cocok untuk kegiatan komunitas, sekolah, atau wisata korporat.


Waktu Terbaik untuk Berkunjung

Waktu paling ideal untuk berkunjung adalah:

  • Pagi hari (07.00 – 10.00) atau sore hari (15.00 – 17.30)

  • Musim kemarau (April – Oktober) untuk menghindari genangan dan lumpur berlebih

  • Saat pasang rendah, karena beberapa jenis satwa lebih mudah diamati


Biaya Masuk dan Estimasi Pengeluaran

Harga tiket masuk ke kawasan wisata mangrove di Tanjungpinang umumnya sangat terjangkau, berkisar:

  • Tiket masuk: Rp5.000 – Rp10.000 per orang

  • Tur perahu (opsional): Rp20.000 – Rp50.000 per orang

  • Pemandu lokal: Rp50.000 – Rp150.000 per rombongan

  • Kegiatan tanam mangrove: Rp25.000 – Rp50.000 per bibit (jika tersedia)

Untuk wisata keluarga atau edukatif, biaya ini sangat sepadan dengan pengalaman yang didapat.


Tips Berkunjung ke Hutan Mangrove Tanjungpinang

Agar perjalananmu menyenangkan dan aman, perhatikan tips berikut:

  • Gunakan sepatu tertutup atau sandal gunung, karena jalur bisa licin

  • Bawa air minum sendiri dan topi untuk menghindari dehidrasi

  • Gunakan losion anti nyamuk

  • Jangan buang sampah sembarangan—bantu jaga kelestarian lingkungan

  • Ikuti arahan petugas dan pemandu, terutama saat menyusuri jalur air


Edukasi yang Menginspirasi

Banyak sekolah, komunitas lingkungan, dan traveler muda datang ke kawasan mangrove di Tanjungpinang untuk belajar langsung tentang lingkungan. Tak sedikit yang menjadikan kunjungan ini sebagai bagian dari program eco trip atau field trip sekolah.

Kegiatan edukatif yang bisa kamu lakukan meliputi:

  • Observasi flora dan fauna mangrove

  • Belajar klasifikasi tanaman

  • Diskusi interaktif soal perubahan iklim

  • Simulasi penanaman pohon bakau

  • Penulisan jurnal atau laporan wisata edukatif


Penutup: Belajar dan Bertualang di Alam

Jelajah hutan mangrove di Tanjungpinang menawarkan pengalaman yang jarang di temukan di tempat lain—gabungan antara petualangan alam, pembelajaran ekologi, dan relaksasi. Ini bukan hanya tempat untuk bersenang-senang, tetapi juga untuk tumbuh dan memahami betapa pentingnya harmoni antara manusia dan alam.

Jika kamu mencari destinasi wisata yang menyegarkan pikiran sekaligus memperkaya pengetahuan, hutan mangrove Tanjungpinang adalah jawabannya. Mari jelajahi, belajar, dan cintai lingkungan dari sini.

Menelusuri Makam Raja-Raja di Pulau Penyengat

Pulau Penyengat: Bukan Sekadar Pulau, Tapi Pusat Peradaban Melayu

Menelusuri Makam Raja di Pulau Penyengat, sebuah pulau kecil di seberang Kota Tanjungpinang, Kepulauan Riau, menyimpan sejarah yang besar. Dikenal sebagai pusat pemerintahan dan kebudayaan Kesultanan Riau-Lingga pada abad ke-18 hingga ke-19, pulau ini kini menjadi saksi bisu kejayaan peradaban Melayu yang masih terjaga melalui peninggalan fisik, manuskrip, dan tentu saja, makam para raja dan tokoh penting.

Salah satu daya tarik utama Pulau Penyengat adalah kompleks makam raja-raja Melayu, yang menjadi tujuan wisata sejarah dan religi. Di sinilah para sultan, bangsawan, dan ulama besar dimakamkan—mereka yang berjasa membentuk identitas budaya dan bahasa Melayu yang kelak menjadi fondasi bahasa Indonesia.


Menyusuri Jejak Sejarah di Kompleks Makam Raja

Begitu tiba di Pulau Penyengat menggunakan pompong (perahu motor kecil), aroma sejarah langsung menyambut pengunjung. Setelah berjalan kaki atau naik becak motor, kamu akan menemukan kompleks pemakaman yang terletak di atas bukit kecil, dikelilingi pepohonan rindang dan suasana yang menenangkan.

Beberapa tokoh penting yang dimakamkan di sini antara lain:


1. Makam Raja Ali Haji

Menelusuri Makam Raja Ali Haji adalah sastrawan, ulama, dan tokoh kebudayaan yang dikenal luas sebagai pencipta Gurindam Dua Belas. Ia juga berjasa dalam pengembangan tata bahasa Melayu standar. Karena peran besarnya dalam membentuk dasar bahasa Indonesia modern, ia ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional.

Makamnya terletak di area yang paling sering wisatawan kunjungi. Di sekitarnya terdapat papan informasi dan prasasti yang menjelaskan tentang kehidupan dan karya-karyanya.

Mengapa penting?
Raja Ali Haji bukan hanya tokoh lokal. Ia adalah lambang peradaban Melayu yang tercerahkan dan berwawasan luas.


2. Makam Engku Putri Raja Hamidah

Engku Putri adalah istri Sultan Mahmud Syah III dan pewaris regalia (perlengkapan kebesaran kerajaan). Ia memegang peranan penting dalam sistem pemerintahan dan urusan adat kerajaan. Makamnya berada tak jauh dari makam Raja Ali Haji, menandakan kedudukan penting yang di milikinya.

Fakta menarik:
Nama Engku Putri di abadikan dalam berbagai tempat dan kegiatan budaya Melayu karena jasanya menjaga warisan kerajaan.


3. Makam Sultan Mahmud Syah III

Sebagai pendiri Masjid Sultan Riau yang terkenal di Pulau Penyengat, Sultan Mahmud Syah III merupakan tokoh penting yang memindahkan pusat pemerintahan ke pulau ini. Beliau terkenal sebagai pemimpin yang mendorong pengembangan ilmu agama, sastra, dan pendidikan di kalangan bangsawan Melayu.

Makam beliau berada dalam satu kompleks besar bersama tokoh-tokoh kerajaan lainnya.


4. Makam Para Ulama dan Tokoh Kesultanan

Selain raja dan bangsawan, di kawasan ini juga di makamkan para ulama, penulis, dan tokoh administrasi istana. Salah satu yang terkenal adalah Raja Abdullah, penulis dan penasihat kerajaan.

Kompleks ini tidak hanya menjadi tempat peristirahatan terakhir, tetapi juga ruang pembelajaran terbuka tentang sejarah, sastra, dan nilai-nilai luhur bangsa Melayu.


Pengalaman Spiritual dan Edukasi

Berziarah ke makam-makam ini bukan hanya perjalanan spiritual, tetapi juga pengalaman edukatif. Banyak pengunjung datang dengan rasa takzim, membaca doa, atau sekadar merenung. Ada juga pelajar dan mahasiswa yang datang untuk riset atau tugas kuliah, karena tempat ini menyimpan informasi sejarah yang sangat kaya.

Beberapa kegiatan yang biasa di lakukan pengunjung:

  • Membaca Gurindam Dua Belas di dekat makam Raja Ali Haji

  • Diskusi budaya bersama tokoh lokal

  • Menyusuri situs sambil dipandu juru pelihara setempat

  • Mengikuti agenda tahunan seperti Haul Raja Ali Haji


Etika Berkunjung ke Makam Raja-Raja

Karena kawasan ini merupakan situs suci dan penuh makna, pengunjung di harapkan menjaga adab dan etika. Berikut beberapa hal yang perlu di perhatikan:

  • Berpakaian sopan, sebaiknya mengenakan pakaian tertutup dan tidak mencolok

  • Menjaga kebersihan dan tidak membuang sampah sembarangan

  • Bersikap tenang, hindari berbicara keras atau tertawa berlebihan

  • Hormati tradisi lokal, termasuk kebiasaan ziarah dan adat Melayu

  • Tidak merusak atau menyentuh batu nisan tanpa izin


Cara Menuju Makam Raja-Raja di Pulau Penyengat

Untuk mencapai kompleks makam, langkah-langkahnya cukup mudah:

  1. Naik pompong dari pelantar dekat Pelabuhan Sri Bintan Pura, Tanjungpinang (Rp7.000–Rp10.000 sekali jalan)

  2. Setelah tiba, kamu bisa berjalan kaki atau menyewa bentor (becak motor) menuju makam

  3. Papan petunjuk tersedia, atau kamu bisa menyewa pemandu lokal untuk mendapatkan penjelasan mendalam


Waktu Terbaik untuk Berkunjung

Pulau Penyengat bisa di kunjungi sepanjang tahun, tapi waktu terbaik adalah:

  • April–Oktober: Cuaca cerah, ideal untuk ziarah dan eksplorasi

  • Pagi hari: Suasana tenang dan tidak terlalu panas

  • Saat peringatan budaya: Seperti Haul Raja Ali Haji atau Festival Gurindam


Penutup: Warisan yang Tetap Hidup

Menelusuri makam raja raja di Pulau Penyengat adalah perjalanan yang menyentuh hati. Di tengah keheningan dan rindangnya pepohonan, kamu akan merasakan kedalaman sejarah, kekuatan spiritual, dan kearifan budaya yang di wariskan dari generasi ke generasi.

Pulau ini bukan hanya tempat untuk dikenang, tapi untuk direnungkan—tentang identitas, perjuangan, dan kebesaran peradaban Melayu yang masih hidup dalam jejak-jejak nisan.

Tips Berkunjung ke Tanjungpinang: Transportasi, Musim & Biaya

Tanjungpinang: Kota Penuh Sejarah dan Pesona Alam

Tanjungpinang, ibukota Provinsi Kepulauan Riau, merupakan kota yang kaya akan sejarah Melayu, budaya, dan pesona bahari. Letaknya yang strategis di jalur perdagangan dan laut menjadikannya salah satu destinasi wisata favorit, baik bagi pelancong domestik maupun internasional. Tapi sebelum berangkat, ada baiknya kamu mengetahui tips lengkap berkunjung ke Tanjungpinang agar perjalananmu lebih efisien, nyaman, dan tak membebani dompet. Berikut panduan lengkap mulai dari transportasi, musim terbaik, hingga estimasi biaya!


1. Transportasi Menuju Tanjungpinang

Dari Dalam Negeri (Domestik):

a. Melalui Udara
Tanjungpinang dilayani oleh Bandara Raja Haji Fisabilillah (TNJ). Maskapai seperti Citilink dan Wings Air menyediakan penerbangan dari Jakarta, Batam, dan Pekanbaru.
Durasi penerbangan dari Jakarta sekitar 1,5–2 jam.

b. Melalui Laut
Dari Batam, kamu bisa naik ferry dari Pelabuhan Telaga Punggur menuju Pelabuhan Sri Bintan Pura di Tanjungpinang. Waktu tempuh sekitar 1–1,5 jam. Ini pilihan populer bagi yang sudah berada di Kepulauan Riau.

Dari Luar Negeri (Internasional):

Tanjungpinang bisa diakses dari Singapura atau Johor Bahru, Malaysia dengan kapal ferry langsung ke Pelabuhan Sri Bintan Pura.
Waktu tempuh dari Singapura sekitar 1 jam 45 menit.


2. Transportasi Dalam Kota

Setibanya di Tanjungpinang, ada beberapa moda transportasi yang bisa digunakan:

  • Taksi dan mobil sewaan: Cocok untuk wisatawan keluarga atau rombongan. Tarif sewa mobil harian mulai dari Rp300.000–Rp500.000 tergantung jenis kendaraan.

  • Ojek online: Gojek dan Grab tersedia, terutama di area kota. Praktis dan terjangkau.

  • Angkot: Masih digunakan warga lokal, tapi tidak direkomendasikan untuk wisatawan yang belum familiar dengan jalur.

  • Pompong (perahu motor): Digunakan untuk menyeberang ke pulau-pulau kecil seperti Pulau Penyengat.

Tips Berkunjung Ke Tanjungpinang


3. Musim Terbaik untuk Berkunjung ke Tanjungpinang

Iklim di Tanjungpinang tropis dengan suhu rata-rata 25–32°C sepanjang tahun. Tapi kamu tetap perlu memperhatikan musim terbaik agar liburan tak terganggu cuaca.

Musim Terbaik: April – Oktober

Ini adalah musim kemarau. Cuaca cenderung cerah, cocok untuk wisata alam seperti pantai, island hopping, dan kegiatan luar ruangan.

Musim Hujan: November – Maret

Masih memungkinkan untuk berkunjung, tapi beberapa hari bisa hujan deras. Jika tetap ingin datang di musim ini, siapkan jas hujan atau payung.

Waktu Khusus:

  • Festival Gurindam (Juni/Juli): Budaya dan pertunjukan seni.

  • Libur Lebaran & Tahun Baru: Ramai pengunjung, baik lokal maupun dari negara tetangga.


4. Estimasi Biaya Liburan ke Tanjungpinang

Liburan ke Tanjungpinang bisa disesuaikan dengan gaya traveling kamu: backpacker atau santai bersama keluarga. Berikut estimasi umum untuk liburan 3 hari 2 malam.

A. Biaya Transportasi

  • Tiket pesawat Jakarta – Tanjungpinang PP: Rp1.200.000 – Rp2.000.000

  • Ferry Batam – Tanjungpinang PP: ±Rp150.000

  • Ferry Singapura – Tanjungpinang PP: ±SGD 50 (Rp600.000)

  • Transportasi lokal (ojek, sewa mobil, dll): Rp100.000 – Rp400.000 per hari

B. Akomodasi (2 malam)

  • Guest house/backpacker: Rp150.000 – Rp250.000 per malam

  • Hotel bintang 3: Rp300.000 – Rp500.000 per malam

  • Hotel bintang 4–5: Rp700.000 – Rp1.500.000 per malam

C. Makan dan Minum

  • Makan di warung lokal: Rp15.000 – Rp30.000

  • Makan di restoran keluarga: Rp50.000 – Rp100.000 per orang

  • Kuliner khas (otak-otak, gonggong, mie tarempa): ±Rp10.000 – Rp40.000

D. Tiket Wisata & Aktivitas

Sebagian besar tempat wisata di Tanjungpinang gratis atau berbiaya murah.

  • Masuk Pulau Penyengat (pompong PP): Rp20.000 – Rp30.000

  • Masuk Pantai Trikora: Gratis s/d Rp10.000

  • Sewa gazebo/tracking guide: Rp50.000 – Rp150.000

  • Oleh-oleh lokal: Mulai Rp50.000

Total Biaya Estimasi:

Backpacker: ±Rp1.000.000 – Rp1.500.000
Keluarga Menengah: ±Rp2.500.000 – Rp4.000.000
Luxury: Rp5.000.000 ke atas


5. Tips Tambahan Saat Berkunjung ke Tanjungpinang

  • Bawa uang tunai secukupnya, karena tidak semua tempat menerima kartu atau e-wallet.

  • Gunakan sunblock dan topi, cuaca bisa panas terik, terutama di pantai.

  • Pelajari sedikit budaya lokal, termasuk cara berpakaian yang sopan, terutama saat mengunjungi tempat religi seperti Masjid Sultan Riau.

  • Patuhi aturan adat dan lingkungan, terutama saat mengunjungi pulau-pulau atau situs sejarah.

  • Belanja oleh-oleh lokal di Akau Potong Lembu atau pasar oleh-oleh dekat pelabuhan.


Penutup: Liburan Cerdas ke Tanjungpinang

Tanjungpinang bukan hanya kota pelabuhan, tapi juga gerbang menuju keindahan budaya Melayu dan wisata bahari Kepulauan Riau. Dengan perencanaan yang baik—mulai dari memilih transportasi yang tepat, datang di musim yang ideal, hingga mengatur anggaran—liburan kamu akan lebih nyaman dan bermakna.

Jadi, kapan kamu siap menjelajah Tanjungpinang? 🌴

5 Pantai di Tanjungpinang yang Cocok untuk Liburan Keluarga

antai: Pilihan Liburan Keluarga yang Sempurna

Tanjungpinang, ibu kota Provinsi Kepulauan Riau, menyimpan banyak keindahan pantai yang masih alami dan cocok untuk dijadikan tujuan liburan keluarga. Selain pasir putih dan air laut yang jernih, beberapa pantai di Tanjungpinang menawarkan fasilitas yang ramah anak dan aman untuk bermain air. Jika kamu sedang merencanakan liburan bersama keluarga, berikut adalah 5 pantai di Tanjungpinang yang cocok untuk liburan keluarga:


1. Pantai Trikora

Gili Trikora adalah pantai paling populer di Bintan Timur yang juga mudah diakses dari Tanjungpinang. Pantai ini terbagi menjadi empat bagian, dan Trikora 3 adalah yang paling ramah keluarga. Pasirnya halus, ombaknya tenang, dan area pantainya luas untuk bermain anak-anak.

Fasilitas:

  • Gazebo dan pondok sewa

  • Tempat makan

  • Toilet umum

  • Penyewaan ban dan pelampung

Aktivitas untuk keluarga:

  • Berenang di tepi pantai

  • Membuat istana pasir

  • Piknik keluarga di bawah pohon kelapa

  • Naik banana boat untuk anak-anak yang lebih besar

Tips: Datang pagi hari agar mendapat tempat yang rindang dan tidak terlalu ramai.


2. Pantai Lagoi Bay

Terletak di kawasan resor Lagoi, pantai ini sangat bersih dan tertata rapi. Meskipun lebih dikenal sebagai kawasan wisata premium, Lagoi Bay tetap terbuka untuk umum. Air lautnya yang jernih dan tenang menjadikan tempat ini sangat aman untuk anak-anak.

Fasilitas:

  • Area bermain anak

  • Restoran dan kafe

  • Toilet dan shower bersih

  • Jalur pejalan kaki yang aman

Aktivitas untuk keluarga:

  • Berjalan santai di pinggir pantai

  • Bermain layang-layang

  • Foto keluarga dengan latar belakang pantai yang estetik

  • Menyusuri taman tematik di sekitar pantai

Tips: Bawalah perlengkapan piknik sendiri jika tidak ingin makan di restoran.


3. Pantai Senggiling

Pantai ini masih tergolong alami dan tidak terlalu ramai, cocok untuk keluarga yang ingin suasana tenang. Selain pantai, coba juga petualangan di hutan mangrove Tanjungpinang yang edukatif dan menyenangkan untuk keluarga. Meskipun fasilitasnya belum selengkap Lagoi atau Trikora, keindahan alamnya luar biasa. Pantai Senggiling juga dikenal sebagai lokasi melihat matahari terbenam.

Fasilitas:

  • Area parkir

  • Warung kecil di pinggir jalan

  • Akses jalan setapak ke pantai

Aktivitas untuk keluarga:

  • Menikmati sunset bersama

  • Bermain pasir dan mencari kerang

  • Menyusuri pantai tanpa gangguan keramaian

  • Fotografi keluarga dengan latar alami

Tips: Bawa bekal dan alas duduk sendiri karena area ini masih minim fasilitas.


4. Pantai Dompak

Terletak di Pulau Dompak, pantai ini mulai dikenal karena lokasinya yang dekat dengan pusat pemerintahan provinsi. Pantainya landai, dengan pasir keemasan yang cocok untuk anak-anak. Lokasi ini cocok untuk wisata singkat di sore hari.

Fasilitas:

  • Tempat duduk dan saung

  • Area parkir luas

  • Jalan aspal menuju pantai

Aktivitas untuk keluarga:

  • Main bola atau frisbee di pasir

  • Piknik sore sambil menikmati angin laut

  • Bersepeda di sepanjang jalan tepi pantai

  • Hunting foto dengan latar belakang jembatan Dompak

Tips: Waktu terbaik datang adalah menjelang matahari terbenam.


5. Pantai Batu Hitam

Pantai ini dinamai berdasarkan batu-batu besar berwarna hitam yang berserakan di sepanjang pantai. Pantainya cukup teduh dengan pepohonan rindang. Ombaknya tidak terlalu besar sehingga cocok untuk berenang santai.

Fasilitas:

  • Warung makan lokal

  • Tempat duduk dari beton alami

  • Toilet seadanya

Aktivitas untuk keluarga:

  • Menyusuri batu-batu besar

  • Menikmati camilan lokal

  • Menangkap ikan kecil atau kepiting dengan jaring kecil

  • Bermain air di pinggiran pantai

Tips: Pastikan anak-anak tetap diawasi jika bermain di sekitar batu besar.


Rekomendasi Umum Saat Liburan Keluarga ke Pantai

  • Bawa pelindung matahari seperti sunscreen, topi, dan kacamata hitam.

  • Sediakan pakaian ganti dan handuk untuk anak-anak.

  • Bekali anak-anak dengan pelampung jika ingin berenang di laut.

  • Jaga kebersihan pantai dengan membawa kantong sampah sendiri.

  • Utamakan keselamatan, terutama saat bermain di area berbatu atau saat pasang.


Kesimpulan: Pantai di Tanjungpinang, Surga Liburan Keluarga

5 Pantai di Tanjungpinang tidak hanya kaya akan sejarah dan budaya, tetapi juga memiliki pesona pantai yang luar biasa. Dari pantai yang tertata modern hingga pantai alami yang sepi, semuanya menawarkan pengalaman seru dan menyenangkan untuk keluarga. Kamu bisa memilih pantai yang sesuai dengan kebutuhan dan gaya liburan keluargamu, baik untuk bermain air, bersantai, hingga berpetualang kecil bersama anak-anak.

Liburan keluarga yang berkualitas tidak harus jauh dan mahal—pantai-pantai di Tanjungpinang bisa jadi pilihan tepat yang menyenangkan, edukatif, dan penuh kenangan.

Sejarah Pulau Penyengat: Warisan Melayu yang Masih Terjaga

Pulau Penyengat: Permata Sejarah di Tengah Lautan

Gili Penyengat, sebuah pulau kecil yang terletak sekitar 2 km dari pusat kota Tanjungpinang, Kepulauan Riau, bukan hanya destinasi wisata biasa. Pulau ini adalah saksi bisu kejayaan Kerajaan Riau-Lingga, pusat kebudayaan Melayu klasik, dan tempat lahirnya karya sastra legendaris Gurindam Dua Belas. Menjejakkan kaki di Pulau Penyengat seperti membuka buku sejarah yang hidup—penuh nilai, makna, dan kearifan lokal.


Asal-Usul Nama Pulau Penyengat

Nama “Penyengat” konon berasal dari kisah rakyat yang menyebutkan bahwa pulau ini dulunya dipenuhi lebah atau penyengat. Para perompak yang mencoba menyerbu pulau ini kabarnya diserang oleh sekawanan lebah, membuat mereka lari tunggang-langgang. Cerita ini, meski berbau legenda, memperkaya khazanah budaya lisan masyarakat setempat.


Pusat Pemerintahan dan Agama

Pada abad ke-18 hingga awal abad ke-20, Pulau Penyengat menjadi pusat pemerintahan Kesultanan Riau-Lingga. Di sinilah raja-raja Melayu memimpin kerajaan yang berpengaruh hingga ke Semenanjung Malaya. Selain sebagai pusat politik, pulau ini juga menjadi tempat berkembangnya ilmu agama dan sastra Islam.

Masjid Raya Sultan Riau menjadi simbol kebesaran spiritual dan budaya pulau ini. Dibangun pada 1803 oleh Sultan Mahmud Syah III, masjid ini unik karena konon dibangun menggunakan putih telur sebagai bahan perekat, mencerminkan kreativitas arsitektur Melayu klasik.


Raja Ali Haji dan Gurindam Dua Belas

Pulau Penyengat tak bisa dilepaskan dari nama besar Raja Ali Haji, seorang sastrawan dan ulama terkemuka abad ke-19. Ia dikenal luas sebagai pengarang Gurindam Dua Belas, karya sastra berbahasa Melayu yang sarat nilai moral, keislaman, dan etika. Gurindam ini di tulis dalam bentuk dua baris berima yang kini sering di kutip dalam pidato, pelajaran, hingga budaya populer.

Raja Ali Haji juga berjasa besar dalam kodifikasi tata bahasa Melayu, yang kemudian menjadi dasar bahasa Indonesia modern. Tak heran jika namanya di abadikan sebagai pahlawan nasional Indonesia.


Warisan Arsitektur dan Makam Kerajaan

Berjalan kaki mengelilingi Pulau Penyengat, kamu akan menemukan banyak bangunan bersejarah yang masih berdiri. Beberapa di antaranya:

  • Istana Kantor: Reruntuhan istana Sultan Riau yang dulunya megah, kini menjadi situs bersejarah yang memancarkan kejayaan masa lalu.

  • Gedung Mesiu: Tempat penyimpanan senjata dan mesiu kerajaan.

  • Makam Raja-Raja: Termasuk makam Raja Ali Haji dan keturunan Kesultanan Riau-Lingga. Kompleks makam ini di jaga dan di rawat dengan baik, menjadi tujuan wisata ziarah.

  • Balai Adat: Tempat pertemuan adat dan diskusi kebudayaan.

Bangunan-bangunan ini menyatu dengan nuansa tenang dan alami pulau, di kelilingi oleh pohon rindang dan suara ombak yang menenangkan.


Kehidupan Masyarakat di Pulau Penyengat

Masyarakat Pulau Penyengat hidup dalam suasana yang religius dan masih sangat menjunjung adat istiadat Melayu. Mayoritas penduduknya berprofesi sebagai nelayan, guru, dan pengrajin. Kehidupan mereka sederhana, namun kaya akan nilai-nilai tradisional yang di wariskan turun-temurun.

Kamu juga bisa mencicipi makanan khas Melayu di pulau ini, seperti lempeng sagu, nasi dagang, atau ikan bakar sambal asam pedas.


Pelestarian dan Wisata Edukasi

Pulau Penyengat kini menjadi destinasi wisata sejarah dan budaya yang terus di kembangkan. Pemerintah daerah bersama tokoh masyarakat berupaya melestarikan situs-situs penting, termasuk mendorong generasi muda untuk tetap mempelajari budaya dan bahasa Melayu.

Berbagai kegiatan edukatif dan budaya sering di gelar, seperti lomba baca Gurindam, pelatihan aksara Jawi, serta seminar sejarah Melayu.


Akses dan Tips Berkunjung

Untuk menuju Pulau Penyengat, kamu bisa menaiki perahu motor (pompong) dari pelabuhan kecil di Tanjungpinang. Hanya butuh waktu sekitar 10 menit menyebrangi laut.

Tips saat berkunjung:

  • Gunakan pakaian sopan karena ini adalah kawasan yang religius.

  • Hormati situs-situs makam dan tempat ibadah.

  • Sempatkan menyewa pemandu lokal untuk mendapatkan cerita lengkap dari tiap situs bersejarah.

  • Bawa air minum dan pelindung matahari saat berkeliling.


Kesimpulan: Warisan Melayu yang Tetap Hidup

Pulau Penyengat bukan hanya sekadar tempat wisata, melainkan ruang hidup dari warisan Melayu yang otentik. Setiap sudutnya menyimpan cerita, setiap batunya berbicara sejarah. Pulau ini adalah bukti bahwa identitas Melayu masih terjaga dan berkembang di tengah zaman modern. Jika kamu ingin merasakan atmosfer budaya yang kental dan mendalami akar sejarah Melayu, maka Pulau Penyengat adalah jawabannya.

10 Tempat Wisata Favorit di Tanjungpinang yang Wajib Dikunjungi

Tanjungpinang, ibukota Provinsi Kepulauan Riau, dikenal sebagai kota yang kaya akan sejarah, budaya, dan keindahan alam. Letaknya yang strategis di pesisir menjadikan kota ini sebagai tujuan wisata favorit baik wisatawan lokal maupun mancanegara. Berikut adalah 10 tempat wisata favorit di Tanjungpinang yang wajib kamu kunjungi saat berlibur ke kota ini:


1. Pulau Penyengat

Pulau Penyengat adalah ikon wisata sejarah Tanjungpinang. Penyengat pulau kecil ini menyimpan peninggalan Kerajaan Riau-Lingga, seperti Masjid Raya Sultan Riau yang terbuat dari putih telur dan campuran kapur. Di sini kamu juga bisa melihat kompleks makam raja-raja dan bangsawan Melayu, termasuk makam Raja Ali Haji, pengarang Gurindam Dua Belas.

Aktivitas: Wisata sejarah, ziarah, foto-foto.


2. Pantai Trikora

Pantai Trikora terkenal dengan pasir putihnya yang halus dan air laut yang jernih. Tempat ini terbagi menjadi beberapa bagian, dengan Trikora 3 sebagai yang paling populer. Cocok untuk berenang, bersantai, dan menikmati sunset.

Aktivitas: Berenang, snorkeling, piknik keluarga.


3. Vihara Ksitigarbha Bodhisattva (Vihara Seribu Wajah)

Vihara ini unik karena memiliki lebih dari 500 patung arahat (murid Buddha) yang semuanya memiliki ekspresi wajah berbeda. Terletak di atas bukit, tempat ini juga menawarkan pemandangan yang menenangkan.

Aktivitas: Wisata religi, fotografi, meditasi.


4. Wisata Tepi Laut Tanjungpinang

Tepi Laut adalah kawasan wisata kota yang cocok untuk bersantai di sore hari. Di sini tersedia berbagai kuliner lokal, taman bermain, dan panggung hiburan. Malam hari, lampu-lampu menambah suasana romantis.

Aktivitas: Jalan-jalan sore, wisata kuliner, menikmati sunset.


5. Museum Sultan Sulaiman Badrul Alamsyah

Museum ini dulunya adalah sekolah Melayu pertama di Tanjungpinang. Kini menjadi tempat untuk belajar sejarah dan budaya Melayu serta perkembangan kota Tanjungpinang dari masa ke masa.

Aktivitas: Edukasi sejarah, wisata keluarga.


6. Desa Wisata Senggarang

Senggarang dikenal sebagai desa tua yang memiliki akulturasi budaya Tionghoa dan Melayu. Di sini terdapat kelenteng tua yang sudah berusia ratusan tahun, serta rumah-rumah panggung yang khas.

Aktivitas: Wisata budaya, fotografi, kuliner tradisional.


7. Bukit Kursi (Bukit Cermin)

Tempat ini menjadi spot favorit untuk melihat panorama kota Tanjungpinang dari ketinggian. Bukit ini juga sering dijadikan tempat jogging pagi atau sekadar mencari ketenangan.

Aktivitas: Tracking ringan, menikmati pemandangan, foto alam.


8. Wisata Pasar Oleh-Oleh Akau Potong Lembu

Tidak lengkap ke Tanjungpinang tanpa berburu oleh-oleh. Di Akau Potong Lembu, kamu bisa menemukan berbagai kuliner khas seperti otak-otak, kerupuk ikan, hingga kue tradisional.

Aktivitas: Wisata kuliner, belanja oleh-oleh.


9. Wisata Pantai Dompak

Pantai ini masih tergolong sepi dan alami. Terletak di Pulau Dompak, kawasan ini juga merupakan pusat pemerintahan provinsi. Cocok untuk menikmati suasana pantai yang tenang dan bersih.

Aktivitas: Piknik, fotografi, menikmati alam.


10. Jembatan Dompak

Jembatan yang menghubungkan Pulau Bintan dengan Pulau Dompak ini menjadi ikon baru kota. Di malam hari, lampu-lampu di sepanjang jembatan membuatnya sangat indah dan instagramable.

Aktivitas: Menikmati malam, hunting foto, menikmati angin laut.


Tips Liburan ke Tanjungpinang:

  • Transportasi: Bandara Raja Haji Fisabilillah melayani penerbangan domestik. Kapal ferry dari Batam, Singapore, dan Johor Bahru juga tersedia.

  • Waktu terbaik berkunjung: Musim kemarau antara April–Oktober untuk cuaca cerah.

  • Bawalah uang tunai secukupnya, karena tidak semua tempat menerima pembayaran non-tunai.

  • Jangan lupa mencicipi kuliner khas seperti mie tarempa, otak-otak, gonggong, dan nasi dagang.


Penutup

Tanjungpinang adalah destinasi yang tak hanya menawarkan keindahan alam, tetapi juga nilai sejarah dan budaya yang tinggi. Dari wisata bahari, religi, hingga kuliner, kota ini benar-benar menyajikan pengalaman liburan yang lengkap. Jadi, jika kamu sedang mencari destinasi liburan yang unik dan penuh warna, jangan ragu untuk memasukkan 10 tempat wisata favorit Tanjungpinang dalam daftar kunjunganmu!

Tarian Zapin: Energi Budaya Melayu yang Menggugah

Tarian Zapin

Tarian Zapin merupakan salah satu bentuk kesenian tradisional Melayu yang penuh semangat dan memiliki nilai budaya yang tinggi. Di Tanjungpinang dan wilayah Kepulauan Riau, Zapin masih ditampilkan dalam berbagai acara adat, festival budaya, hingga pertunjukan seni modern.


🔊 Asal Usul Tarian Zapin

Zapin berasal dari kata Arab “zafin” yang berarti gerakan tari. Tarian ini pertama kali di bawa ke wilayah Melayu oleh para pedagang dan ulama dari Timur Tengah, khususnya Yaman, pada abad ke-16.

Awalnya, tarian ini di tujukan sebagai media dakwah yang menyampaikan nilai-nilai Islam. Seiring waktu, Zapin bertransformasi menjadi bentuk seni pertunjukan yang meriah, namun tetap mengandung pesan moral dan religius.


💃 Ciri Khas Gerakan Zapin

Zapin memiliki gerakan ritmis yang cepat dan energik, dengan pola langkah kaki yang berpadu dengan iringan musik tradisional. Biasanya di bawakan secara berpasangan oleh laki-laki, namun kini juga sering di tampilkan campuran pria dan wanita.

Gerakan Zapin meliputi:

  • Langkah mundur dan maju dengan tempo teratur

  • Putaran kaki dan tubuh membentuk lingkaran

  • Ekspresi wajah yang dinamis dan komunikatif

Gerakan-gerakan ini melambangkan semangat, disiplin, dan keharmonisan dalam kehidupan masyarakat Melayu.


🎶 Musik Pengiring Tarian Zapin

Zapin biasanya diiringi oleh alat musik tradisional seperti:

  • Gambus – alat musik petik mirip gitar

  • Marwas – semacam gendang kecil berirama tajam

  • Biola – menghasilkan nada-nada melodis yang khas

Musik Zapin memiliki irama yang hidup, cepat, dan mengajak penonton ikut merasakan semangat tariannya. Lirik lagu pengiring Zapin umumnya berupa puisi atau syair dengan pesan moral, sosial, atau keagamaan.


🧭 Zapin di Tanjungpinang: Lestari dan Dicintai

Di Tanjungpinang, Zapin bukan sekadar pertunjukan seni, tapi juga bagian dari kehidupan. Tarian ini di ajarkan sejak dini di sekolah-sekolah, sanggar seni, dan sering di tampilkan dalam acara-acara seperti:

  • Penyambutan tamu resmi

  • Pernikahan adat Melayu

  • Festival Budaya Melayu

  • Lomba kesenian antar pelajar

Zapin di anggap sebagai “denyut nadi” budaya Melayu karena berhasil memadukan seni, dakwah, dan kebersamaan dalam satu pertunjukan.


✅ Kesimpulan

Tarian Zapin adalah representasi dari energi budaya Melayu yang hidup, dinamis, dan sarat makna. Ia bukan hanya bentuk hiburan, tapi juga jembatan antar generasi dalam menjaga nilai dan jati diri.

Jika kamu berkunjung ke Tanjungpinang, sempatkanlah menyaksikan pertunjukan Zapin. Kamu tak hanya melihat tarian—kamu menyaksikan semangat budaya yang terus berdetak.

“Langkah teratur dalam Zapin,
Iramanya mendidik hati.
Budaya Melayu bukan tinggal angin,
Tapi hidup di setiap tari.”

Pantun Itu Apa? Tradisi Lisan Melayu yang Masih Hidup

Pantun adalah salah satu warisan budaya tak benda yang paling dikenal dari masyarakat Melayu. Meskipun tergolong puisi lama, pan tun tetap hidup dan digunakan hingga kini, terutama di Tanjungpinang dan wilayah Kepulauan Riau.


📜 Asal-usul dan Struktur Pantun

Pantun berasal dari budaya lisan masyarakat Melayu dan telah ada sejak berabad-abad lalu. Umumnya di gunakan sebagai media untuk menyampaikan pesan moral, sindiran halus, hingga perasaan cinta.

Struktur pan tun terdiri dari 4 baris, dengan rima a-b-a-b. Dua baris pertama di sebut sampiran, berfungsi sebagai pembuka, dan dua baris terakhir adalah isi yang menyampaikan makna sebenarnya.

Contoh:

Pergi ke pasar membeli ketan,
Jangan lupa beli duku manis.
Kalau hidup ingin selamat,
Jaga hati dan jangan bengis.

Pantun sering kali di sampaikan secara spontan dalam percakapan sehari-hari, acara adat, hingga perlombaan seni.


🎤 Fungsi Pan tun dalam Budaya Melayu

Pantun tidak hanya sekadar hiburan, tapi juga sarana komunikasi yang mencerminkan kecerdasan, kesopanan, dan cara berpikir orang Melayu.

Dalam budaya Melayu, pan tun di gunakan dalam banyak konteks:

  • Pernikahan – Sebagai bentuk lamaran adat atau tukar kata antar keluarga.

  • Kenduri – Menyampaikan pesan moral atau doa lewat pan tun.

  • Pendidikan – Di gunakan untuk mengajarkan nilai kehidupan kepada anak-anak.

  • Pertunjukan seni – Seperti lomba berbalas pantun atau teater rakyat.

  • Tarian Zapin – Seni gerak seperti tarian Zapin juga menjadi identitas budaya Melayu Riau.

👑 Raja Ali Haji & Pan tun

Salah satu tokoh penting dalam dunia pantun adalah Raja Ali Haji, pujangga besar dari Pulau Penyengat. Meski beliau lebih di kenal lewat Gurindam Dua Belas, peranannya dalam merapikan dan mendokumentasikan bentuk sastra lisan Melayu sangat besar.

Ia mendorong agar pan tun dan gurindam menjadi alat pendidikan moral dan budaya, bukan sekadar hiburan.


🧬 Pantun dalam Dunia Modern

Saat ini, pantun tetap eksis dan bahkan mulai naik daun kembali. Saat sekolah, pan tun di ajarkan sebagai bagian dari pelajaran bahasa dan budaya. Di media sosial, banyak anak muda yang mulai mempopulerkan pan tun dengan gaya modern, tanpa menghilangkan nilai sastranya.

Di Tanjungpinang, berbagai event seperti Festival Pulau Penyengat dan lomba pan tun antarpelajar rutin di adakan untuk menjaga tradisi ini tetap hidup.


✅ Kesimpulan

Pantun adalah bukti bahwa budaya lisan bisa bertahan di tengah zaman digital. Ia hidup dari mulut ke mulut, hati ke hati, dan generasi ke generasi. Tanjungpinang dan Kepulauan Riau telah menjadi penjaga pan tun sebagai warisan budaya Melayu yang tak ternilai harganya.

“Jangan hilang ditelan zaman,
Pantun Melayu tetap di tangan.”

Kuliner Khas Melayu Tanjungpinang yang Wajib Dicoba

Tanjungpinang, selain dikenal dengan kekayaan budaya Melayunya, juga menyimpan kekayaan rasa dalam bentuk kuliner tradisional yang menggugah selera. Setiap kuliner khas melayu daerah ini tak sekadar memanjakan lidah, tapi juga menyimpan cerita, filosofi, dan kearifan lokal dari masa ke masa.

Berikut adalah beberapa kuliner khas Melayu Tanjungpinang yang wajib kamu coba saat berkunjung ke kota budaya ini.

Kuliner Khas Melayu


🍜 1. Lakse – Mie Kari Ikan Kuliner Khas Melayu

Lakse adalah salah satu makanan paling ikonik dari Tanjungpinang. Terbuat dari tepung beras yang dibentuk seperti mie putih pipih, lakse biasanya disajikan dengan kuah kari ikan yang gurih, harum, dan kaya rempah.

Makanan ini sering dihidangkan dalam acara kenduri atau upacara adat, sebagai lambang kehangatan dan kebersamaan. Bumbu karinya kental dan aroma ikannya menyatu sempurna—menjadikan lakse favorit lintas generasi. Cek juga daftar makanan khas Tanjungpinang paling populer yang cocok jadi oleh-oleh.


🐟 2. Otak-Otak – Camilan Ikan Bakar yang Mendunia

Kalau kamu ke Tanjungpinang, belum lengkap tanpa mencoba otak-otak. Camilan ini terbuat dari ikan tenggiri yang tercampur bumbu khas, dan terbungkus daun kelapa atau daun pisang, lalu di bakar di atas bara api.

Teksturnya lembut, rasa ikannya kuat, dan aromanya sungguh menggoda. Otak-otak biasa di nikmati dengan cuka pedas atau saus kacang—perpaduan yang bikin susah berhenti ngemil!


🍛 3. Kuliner Khas Melayu Nasi Dagang – Perpaduan Nasi dan Kari Tuna

Nasi dagang adalah nasi pulut gurih yang di masak bersama santan dan di sajikan dengan lauk kari ikan tongkol atau tuna. Makanan ini merupakan perpaduan budaya Melayu dan pengaruh kuliner India, yang masuk lewat jalur dagang di masa lalu.

Di Tanjungpinang, nasi dagang sering warga lokal santap sebagai menu sarapan atau saat hari besar seperti Idul Fitri dan kenduri adat. Kaya rasa, mengenyangkan, dan sarat makna kebersamaan.


🧃 4. Teh Tarik dan Air Nira – Minuman Tradisional Melayu

Untuk menutup santapan, tak ada yang lebih segar dari air nira dingin—minuman alami yang di ambil dari pohon enau. Rasanya manis segar, cocok untuk cuaca panas khas pesisir.

Sementara itu, teh tarik menjadi teman ngobrol sore yang populer. Dengan busa yang melimpah dan rasa yang khas, teh tarik adalah simbol kehangatan dan keramahan Melayu.


🥣 5. Kue Tradisional – Kelezatan dalam Balutan Adat

Beragam kue khas seperti kue bangkit, lepat pisang, dan dodol melayu juga tersedia di pasar tradisional dan acara adat. Selain enak, kue-kue ini sering di gunakan sebagai simbol doa, syukur, dan penghormatan dalam tradisi Melayu.


✅ Kesimpulan

Kuliner Tanjungpinang bukan hanya tentang rasa, tapi juga cerita dan identitas. Setiap suapan membawa kita lebih dekat pada akar budaya Melayu yang penuh nilai. Jadi, kalau kamu ke Tanjungpinang, jangan hanya datang untuk melihat—datanglah untuk mencicipi, merasakan, dan menyelami budaya lewat makanannya. Untuk rencana perjalanan dan musim terbaik ke kota ini, lihat panduan liburan Tanjungpinang.