Manis Legit dari Kota Kudus
Kalau main ke Kudus, Jawa Tengah, selain terkenal sebagai Kota Kretek dan Kota Santri, ada satu oleh-oleh yang selalu diburu wisatawan: jenang Kudus. Teksturnya lembut, rasanya manis legit, dan aromanya khas. Bagi banyak orang, jenang Kudus bukan cuma makanan, tapi juga bagian dari tradisi yang sudah turun-temurun.
Sejarah Singkat Jenang Kudus
Jenang Kudus sudah ada sejak ratusan tahun lalu. Konon, camilan ini awalnya dibuat untuk acara-acara besar seperti hajatan, selametan, atau peringatan hari besar keagamaan. Kudus sebagai kota dengan sejarah Islam yang kental membuat jenang sering hadir di momen-momen penuh kebersamaan. Dari yang awalnya dibuat rumahan, jenang kini diproduksi massal dan jadi ikon kuliner daerah.
Bahan Sederhana, Rasa Luar Biasa
Bahan dasar jenang sebenarnya tidak rumit. Hanya dari tepung ketan, santan, gula merah, dan sedikit garam. Semua bahan dimasak sambil diaduk terus-menerus di wajan besar hingga mengental. Proses pengadukan ini bisa memakan waktu berjam-jam, dan dilakukan dengan sabar supaya jenang tidak gosong dan menghasilkan tekstur lembut yang sempurna.
Tekstur dan Cita Rasa yang Menggoda
Saat pertama kali menggigit, jenang Kudus terasa kenyal tapi lembut. Manisnya gula merah berpadu dengan gurihnya santan, menghasilkan rasa yang pas di lidah. Ada juga variasi rasa seperti durian, pandan, atau wijen untuk menambah aroma dan sensasi berbeda. Biasanya jenang dibungkus dengan plastik dan kertas warna-warni, sehingga terlihat rapi dan menarik.
Jenang Kudus dan Filosofi Hidup
Bagi masyarakat Kudus, jenang punya makna lebih dari sekadar makanan. Proses memasaknya yang panjang dan butuh kesabaran diibaratkan seperti menjalani kehidupan: butuh ketekunan untuk mendapatkan hasil terbaik. Itulah mengapa jenang sering hadir di acara-acara syukuran atau perayaan, sebagai simbol kebersamaan dan rasa syukur.
Pusat Jenang Kudus
Kalau ingin melihat langsung proses pembuatan dan membeli jenang, datang saja ke pusat industri jenang di Kudus. Salah satu yang terkenal ada di Jalan Sunan Muria, yang dipenuhi toko-toko jenang dengan berbagai merek. Di sini, pembeli bisa mencicipi tester gratis sebelum memutuskan membeli. Jenang biasanya dijual dalam kemasan kecil atau besar, sehingga praktis untuk oleh-oleh.
Cara Menikmati Jenang Kudus
Jenang Kudus bisa dinikmati kapan saja. Pagi hari bersama teh hangat, sore hari dengan kopi, atau jadi camilan saat santai bersama keluarga. Karena teksturnya padat, satu atau dua potong saja sudah cukup mengganjal perut. Untuk oleh-oleh, jenang bisa bertahan lama jika disimpan di tempat kering dan tertutup rapat.
Variasi Jenang Kudus
Selain jenang klasik, kini banyak produsen yang membuat varian baru. Ada jenang rasa cokelat, keju, hingga kopi. Namun, banyak orang tetap memilih rasa original karena itulah yang membawa kenangan masa kecil dan cita rasa khas Kudus. Meskipun begitu, inovasi ini membuat jenang tetap relevan di tengah tren kuliner modern.
Membuat Jenang Kudus di Rumah
Kalau mau mencoba bikin sendiri, siapkan tepung ketan, santan kental, gula merah, dan garam. Masak santan dan gula merah sampai mendidih, masukkan tepung ketan sedikit demi sedikit sambil terus diaduk. Gunakan api kecil dan aduk tanpa henti sampai adonan mengental dan tidak lengket di wajan. Proses ini memang melelahkan, tapi hasilnya sepadan.
Jenang Kudus, Simbol Warisan Kuliner
Jenang Kudus adalah bukti bahwa resep sederhana bisa bertahan ratusan tahun jika punya rasa dan makna. Selain menjadi camilan manis, jenang adalah simbol kebersamaan, kesabaran, dan tradisi. Inilah alasan mengapa setiap orang yang datang ke Kudus selalu membawa pulang jenang sebagai kenang-kenangan.
Kesimpulan
Jenang Kudus bukan sekadar oleh-oleh, tapi bagian dari identitas kuliner Jawa Tengah. Rasanya yang manis legit, teksturnya lembut, dan ceritanya yang sarat makna membuatnya layak disebut kelezatan dari Tanah Santri. Kalau berkunjung ke Kudus, pastikan jenang masuk dalam daftar belanja oleh-oleh.