Benteng Bukit Kursi: Saksi Bisu Pertahanan Maritim Melayu
Di antara perbukitan hijau yang menyelimuti pesisir Tanjungpinang, berdiri sebuah situs bersejarah yang jarang dikenal banyak orang namun memiliki nilai historis yang sangat penting: Sejarah Benteng Bukit Kursi. Dibangun pada masa kolonial, benteng ini menyimpan kisah tentang strategi pertahanan laut, konflik kekuasaan, dan upaya lokal mempertahankan wilayah dari ancaman luar.
Terletak di wilayah Kelurahan Bukit Kursi, Kecamatan Bintan Timur, benteng ini merupakan salah satu benteng tertua di wilayah Kepulauan Riau. Meski hanya tersisa sebagian dinding dan pondasi, keberadaannya tetap menjadi simbol keteguhan perlawanan lokal dan pentingnya Tanjungpinang dalam jalur maritim strategis pada masa silam.
Asal Usul Nama “Bukit Kursi”
Nama “Bukit Kursi” konon berasal dari bentuk puncak bukitnya yang menyerupai kursi dari kejauhan. Menurut cerita rakyat setempat, bukit ini dulu digunakan sebagai tempat pengamatan laut dan pertahanan, seperti “kursi pengintai” bagi pasukan Kesultanan Melayu.
Di sinilah dahulu para penjaga dan prajurit dapat melihat kapal-kapal yang datang dari Selat Malaka atau Laut Natuna, dan bertindak cepat bila terdapat ancaman.
Sejarah Pembangunan Benteng
Benteng Bukit Kursi dibangun pada akhir abad ke-18 atau awal abad ke-19, pada masa kejayaan Kesultanan Riau-Lingga. Namun, ada juga dugaan bahwa benteng ini sempat digunakan dan diperkuat oleh pihak Belanda saat mereka mulai menguasai wilayah Kepulauan Riau.
Fungsi Strategis:
-
Sebagai menara pengawas terhadap pergerakan kapal musuh
-
Tempat berlindung dari serangan bajak laut atau armada kolonial
-
Pos komunikasi antara daratan utama dan pelabuhan kecil di sekitarnya
Pemandangan dari puncak benteng sangat luas. Kita bisa melihat pantai, laut, dan jalur perdagangan laut yang sibuk pada masanya. Ini memperkuat teori bahwa posisi benteng sangat strategis secara militer dan ekonomi.
Sisa Struktur yang Masih Terlihat
Meskipun tidak seluruh bangunan utuh, pengunjung masih bisa melihat beberapa bagian benteng yang bertahan dari waktu:
-
Pondasi batu karang yang tertanam di tanah
-
Dinding pendek dari batu yang mengelilingi area utama
-
Bekas menara pengintai yang kini hanya tinggal batu berserakan
-
Tangga tanah dan jalur setapak menuju titik tertinggi bukit
Bahan bangunan utamanya berasal dari batu karang laut dan tanah liat yang di perkuat, menunjukkan adaptasi arsitektur lokal dengan bahan alami sekitar.
Peran Benteng dalam Konflik Kolonial
Kawasan Tanjungpinang sejak lama menjadi rebutan kekuasaan antara kerajaan lokal dan penjajah. Benteng Bukit Kursi di yakini sempat menjadi salah satu titik pertahanan terakhir sebelum beberapa wilayah jatuh ke tangan kolonial Belanda.
Selain itu, benteng ini juga digunakan untuk melawan serangan dari bajak laut dan kekuatan luar seperti Portugis dan Inggris yang sesekali melintas di kawasan maritim strategis ini.
Beberapa catatan lisan dari masyarakat tua menyebut bahwa benteng ini menjadi bagian dari jaringan pertahanan yang saling terhubung dengan benteng-benteng lain di Pulau Penyengat dan Dompak.
Akses ke Lokasi Benteng
Untuk mencapai Benteng Bukit Kursi, kamu bisa menggunakan kendaraan roda dua atau empat dari pusat Kota Tanjungpinang menuju arah Bintan Timur. Lokasinya tidak terlalu jauh dari pemukiman warga dan bisa anda akses dengan jalur darat.
Rute singkat:
-
Dari pusat kota → arah ke Tanjung Uban → masuk ke Kelurahan Bukit Kursi
-
Terdapat jalan kecil menuju bukit yang harus anda tempuh dengan berjalan kaki sekitar 15–20 menit
Meskipun belum sepenuhnya di kembangkan sebagai destinasi wisata komersial, lokasinya cukup aman dan menarik bagi pencinta sejarah dan petualang alam.
Waktu Terbaik untuk Berkunjung
Karena lokasinya berada di atas bukit dan jalurnya cukup menanjak, waktu terbaik untuk berkunjung adalah:
-
Pagi hari (07.00–10.00): Cuaca masih sejuk dan pencahayaan alami indah untuk fotografi
-
Musim kemarau (April–Oktober): Jalur tidak licin, lebih mudah anda lalui
Pastikan membawa air minum, alas kaki yang nyaman, dan topi untuk menghindari panas matahari di puncak.
Potensi Wisata Edukasi & Sejarah
Benteng Bukit Kursi sangat ideal di kembangkan sebagai wisata edukatif, terutama untuk:
-
Pelajar dan mahasiswa yang ingin mempelajari sejarah lokal
-
Peneliti arkeologi yang tertarik dengan pertahanan maritim tradisional
-
Wisata sejarah yang ingin mengenal peran Kesultanan Riau-Lingga dalam menghadapi kolonialisme
-
Pecinta trekking yang ingin eksplorasi ringan sambil menikmati panorama dari ketinggian
Pemandu lokal bisa di temukan di area bawah bukit untuk memberikan penjelasan sejarah secara lisan, termasuk kisah rakyat dan legenda seputar benteng ini.
Tantangan dan Harapan Pelestarian
Sayangnya, karena kurangnya perhatian, benteng ini belum sepenuhnya di lindungi secara optimal. Beberapa bagian mulai tertutup semak, dan tidak sedikit pengunjung yang datang tanpa menjaga kebersihan.
Harapan masyarakat lokal:
-
Adanya pelestarian resmi dari dinas pariwisata dan budaya
-
Pembangunan fasilitas dasar seperti papan informasi, petunjuk arah, dan tempat istirahat
-
Program edukasi untuk sekolah-sekolah lokal
-
Kegiatan bersih-bersih dan revitalisasi situs sejarah
Dengan pengelolaan yang tepat, Benteng Bukit Kursi bisa menjadi ikon wisata sejarah baru di Tanjungpinang.
Penutup: Warisan Pertahanan yang Terlupakan
Benteng Bukit Kursi mungkin tak semegah benteng lain di Nusantara, namun nilai historisnya begitu kuat. Ia adalah simbol ketangguhan, kecerdikan strategi pertahanan, dan semangat perlawanan terhadap kolonialisme.
Mengunjungi tempat ini bukan hanya menapaki jejak masa lalu, tapi juga menghidupkan kembali cerita-cerita yang nyaris terlupakan. Jika kamu pencinta sejarah atau ingin menelusuri sisi lain dari Tanjungpinang yang jarang di kunjungi wisatawan, Benteng Bukit Kursi adalah destinasi yang layak di singgahi.