Kategori: Jajanan Tradisional

Gangan Ikan: Kuliner Belitung dengan Rasa Segar dan Pedas

Rahasia Gangan Belitung, Warisan Kuliner yang Meraih Simpati Lidah

Apa Itu Gangan Ikan?

Kalau kamu pernah jalan-jalan ke Belitung wisatatpikota.id , pasti tahu dong sama makanan khas satu ini — Gangan Ikan. Masakan ini jadi salah satu ikon kuliner yang wajib dicoba. Gangan itu sebenarnya semacam sup, tapi bukan sembarang sup. Rasanya segar banget, agak pedas, dan penuh cita rasa rempah. Biasanya dibuat dari ikan laut segar yang dibumbui dengan kunyit, lengkuas, dan cabai.

Nama “Gangan” sendiri merujuk ke masakan berkuah kuning khas masyarakat Bangka Belitung. Tapi, khusus di Belitung, Gangan ini punya cita rasa yang khas banget dan nggak bisa disamain sama sup ikan dari daerah lain.


Rasa yang Bikin Nagih

Yang bikin Gangan Ikan ini beda dari masakan lain itu karena rasa kuahnya. Bumbunya simpel sih — bawang merah, bawang putih, kunyit, lengkuas, asam sunti, dan cabai rawit — tapi racikannya tuh pas banget. Kuahnya kental, warnanya kuning cerah karena kunyit, dan rasa asam-pedasnya bikin seger banget di mulut.

Biasanya disajikan panas-panas, Gangan Ikan paling cocok dimakan sama nasi putih hangat. Tambahin sambal dan kerupuk, wah dijamin nambah nasi deh!


Ikan Segar, Kunci Utama

Nah, biar Gangan Ikan ini makin enak, kuncinya ada di ikan segar. Di Belitung, yang paling sering dipakai itu ikan ketarap, ikan bawal, atau ikan kakap merah. Tapi kalau di rumah nggak ada, kamu juga bisa pakai ikan laut lain yang berdaging tebal.

Ikan segar bikin rasa kuah makin mantap, dan teksturnya juga lebih lembut. Jadi, meskipun bumbunya sederhana, rasa akhirnya bisa luar biasa.


Tradisi Keluarga di Belitung

Buat masyarakat Belitung, Gangan bukan cuma makanan biasa. Ini tuh hidangan yang sering muncul waktu kumpul keluarga, acara adat, atau bahkan untuk menjamu tamu penting. Gangan jadi semacam simbol kehangatan dan kebersamaan. Nggak heran kalau hampir setiap rumah di Belitung punya resep andalan masing-masing.

Resep Gangan bisa beda-beda sedikit di tiap keluarga, ada yang pakai tambahan nanas biar lebih segar, ada juga yang nambahin tomat atau daun kemangi.


Nggak Perlu ke Belitung Buat Coba

Kabar baiknya, kamu nggak perlu jauh-jauh ke Belitung buat coba Gangan Ikan. Kamu bisa bikin sendiri di rumah. Bumbunya gampang dicari di pasar tradisional, dan ikannya bisa disesuaikan sama yang ada di daerahmu.

Berikut ini bahan-bahan dasar yang biasanya dipakai:

  • Ikan laut segar (ketarap, bawal, atau kakap)

  • Bawang merah & bawang putih

  • Kunyit, lengkuas, dan cabai rawit

  • Asam sunti (bisa diganti dengan asam jawa)

  • Garam dan gula secukupnya

Cara masaknya juga mudah. Tinggal tumis bumbu halus sampai harum, masukkan air, lalu tambahkan ikan dan bahan pelengkap. Masak sampai ikan matang dan kuah menyatu. Simpel tapi nikmat!


Cocok untuk Pecinta Pedas dan Segar

Kalau kamu termasuk yang doyan makanan pedas dan segar, Gangan Ikan ini wajib masuk daftar makanan favoritmu. Rasa pedasnya bisa disesuaikan sesuai selera, tapi sensasi segar dari kuahnya tetap jadi ciri khas utama.

Buat yang belum pernah coba, Gangan bisa jadi pengalaman rasa yang baru dan menyenangkan. Cocok juga buat menu makan siang spesial di rumah.


Penutup: Kuliner yang Layak Diangkat ke Dunia

Gangan Ikan ini bukan cuma enak, tapi juga punya nilai budaya yang tinggi. Kuliner lokal seperti ini patut banget dipromosikan ke tingkat nasional bahkan internasional. Di tengah gempuran makanan cepat saji dan kuliner luar negeri, Gangan jadi bukti kalau masakan tradisional Indonesia tetap bisa bersaing dari segi rasa dan kualitas.

Jadi, yuk lestarikan kuliner khas Indonesia dengan tetap mengenal, memasak, dan membagikannya ke orang-orang terdekat. Siapa tahu, kamu bisa jadi duta kuliner lokal berikutnya!

Buak Tat: Warisan Kuliner Lampung yang Mulai Langka

Buak Tat Kue Tradisional Pesisir Barat Lampung Cocok Untuk Sajian Lebaran 2024

Apa Itu Buak Tat?

Kalau kamu pernah dengar soal kue tradisional Lampung wisatatpikota.id , pasti nggak asing dengan yang namanya Buak Tat. Kue ini adalah salah satu kue khas yang punya rasa manis legit dan aroma harum khas yang bikin ketagihan. Kalau dilihat sekilas, kue ini mirip dengan pie kecil isi selai, tapi bentuk dan rasanya punya ciri khas tersendiri.

Kue ini biasanya terbuat dari campuran tepung, telur, gula, dan santan, lalu diisi dengan selai buah seperti nanas, durian, atau nangka. Kue ini sering dijadikan sajian saat acara adat atau kumpul keluarga di Lampung.


Sejarah dan Makna Buak Tat di Lampung

Kue Buak Tat bukan cuma soal rasa, tapi juga bagian dari tradisi dan budaya Lampung. Dulunya, kue ini dibuat sebagai hidangan istimewa saat perayaan adat, seperti pernikahan atau upacara penting. kue ini dianggap sebagai simbol kebersamaan dan rasa syukur.

Sayangnya, seiring perkembangan zaman dan munculnya camilan modern, kue ini mulai jarang ditemui. Banyak generasi muda yang kurang mengenal kue ini, sehingga kue tradisional ini perlahan jadi langka.


Rasa Manis dan Legit yang Bikin Kangen

Kalau kamu nyobain Buak Tat, kamu bakal langsung ngerasain perpaduan tekstur yang pas. Kulit luarnya renyah tapi tetap lembut, sedangkan isinya manis dan legit banget. Aroma santan yang digunakan bikin rasa kue ini makin nikmat.

Kue ini nggak terlalu manis seperti kue modern, tapi manisnya natural dan bikin nyaman di lidah. Isian selainya juga biasanya fresh dan asli, bukan cuma perasa buatan. Makanya, kue ini selalu sukses bikin yang makan pengen lagi dan lagi.


Cara Membuat Secara Tradisional

Membuat Buak Tat itu butuh ketelitian dan kesabaran. Kulit kuenya dibuat dari adonan tepung, mentega, dan santan yang dicampur sampai kalis. Setelah itu, adonan dibentuk bulat kecil dan diberi isian selai di tengahnya.

Selanjutnya, kue ini dipanggang dalam oven dengan suhu tertentu supaya kulitnya matang sempurna dan warnanya keemasan. Proses ini biasanya dilakukan secara manual oleh pembuat kue tradisional di Lampung, yang mewarisi resep turun-temurun.


Mengapa Buak Tat Mulai Langka?

Sayangnya, Buak Tat mulai sulit ditemui sekarang ini. Alasannya, karena proses pembuatannya yang cukup rumit dan butuh waktu, banyak orang lebih memilih camilan modern yang praktis dan cepat dibuat. Selain itu, generasi muda kurang mengenal dan tertarik dengan kue tradisional seperti kue ini.

Padahal, kue ini punya nilai budaya dan rasa yang unik. Kalau terus dibiarkan, bukan nggak mungkin kue ini akan hilang dari peredaran dan hanya jadi cerita masa lalu.


Pentingnya Melestarikan Buak Tat sebagai Warisan Kuliner Lampung

Melestarikan kue ini berarti menjaga kekayaan budaya Lampung tetap hidup. Kue ini bukan cuma soal makanan, tapi juga identitas daerah yang perlu diperkenalkan ke generasi muda.

Kalau kamu pecinta kuliner dan budaya, yuk dukung usaha pelestarian dengan membeli Buak Tat asli Lampung atau bahkan coba bikin sendiri di rumah. Selain nikmat, kamu juga turut menjaga tradisi yang berharga ini.


Di Mana Bisa Mendapatkan Buak Tat?

Kalau kamu mau coba Buak Tat asli Lampung, bisa cari di toko oleh-oleh khas Lampung seperti di Bandar Lampung, Metro, atau di pasar tradisional sekitar daerah Sai Bumi Ruwa Jurai. Kadang kue ini juga tersedia saat acara adat atau festival budaya.

Kalau susah dapat, beberapa pembuat kue tradisional sekarang mulai menjual secara online. Jadi, kamu tetap bisa menikmati kue ini walau jauh dari Lampung.


Penutup

kue ini adalah kue tradisional yang penuh dengan rasa dan makna. Dari kulit yang renyah hingga isian manis legit, kue ini mewakili warisan kuliner Lampung yang sayang untuk dilupakan. Dengan semakin langkanya kue ini, sekarang saatnya kita bersama-sama melestarikan dan memperkenalkannya kembali ke banyak orang.

Lempok Durian: Manisnya Oleh-oleh Lampung Melekat di Lidah

Resep Lempok Durian, Jajanan Manis dan Legit Khas Bengkalis | IDN Times  Sumut

Apa Itu Lempok Durian?

Kalau kamu pernah jalan-jalan ke Lampung, pasti udah nggak asing lagi sama yang namanya lempok durian wisatatpikota.id . Buat yang belum tahu, lempok durian itu camilan manis yang dibuat dari daging buah durian asli, dicampur gula, lalu dimasak sampai kental dan padat. Sekilas mirip dodol, tapi teksturnya lebih padat dan rasanya lebih nendang karena aroma duriannya kuat banget!

Lempok ini udah jadi bagian dari budaya kuliner masyarakat Lampung sejak lama. Biasanya dijadikan oleh-oleh khas karena awet dan bisa tahan lama walau tanpa pengawet.


Rasa Manis Legit yang Nggak Ada Duanya

Satu gigitan lempok durian cukup buat kamu tahu kalau ini bukan camilan biasa. Rasanya manis, legit, dengan aroma durian yang khas banget. Buat pecinta durian, ini surga dunia! Teksturnya kenyal tapi nggak terlalu lengket di gigi, jadi nyaman dikunyah.

Yang bikin beda dari dodol biasa adalah intensitas rasa duriannya yang kuat. Kue ini nggak pakai perasa tambahan—semuanya dari durian asli. Itulah kenapa rasanya bisa benar-benar “meledak” di mulut.


Cara Pembuatan yang Masih Tradisional

Meski zaman udah modern, banyak pembuat lempok di Lampung yang masih mempertahankan cara tradisional. Daging durian dipisahkan dari bijinya, lalu dimasak bareng gula pasir di atas tungku api. Proses ini bisa makan waktu berjam-jam, sambil terus diaduk biar nggak gosong.

Karena prosesnya yang lama dan butuh ketelatenan, nggak heran kalau kue ini punya nilai rasa yang tinggi. Ada sentuhan cinta dan kesabaran dalam tiap potongannya.


Cocok Buat Oleh-oleh dan Camilan Keluarga

Salah satu alasan kenapa kue ini laris banget adalah karena cocok dijadikan oleh-oleh. Banyak wisatawan yang sengaja mampir ke toko oleh-oleh di Bandar Lampung atau Pringsewu buat borong lempok ini. Harganya juga relatif terjangkau dan tersedia dalam berbagai ukuran, mulai dari 100 gram sampai kiloan.

Selain jadi buah tangan, kue ini juga pas buat camilan santai di rumah. Ditemani teh hangat atau kopi hitam, wah… mantap banget!


Tips Memilih Lempok Durian yang Enak

Supaya nggak salah beli, ini dia beberapa tips milih lempok durian yang enak:

  • Cek bahan baku: Pastikan terbuat dari durian asli, bukan campuran esens durian.

  • Aroma kuat: Lempok yang bagus punya aroma durian yang tajam.

  • Tekstur padat: Jangan pilih yang terlalu lembek, karena biasanya udah lama disimpan.

  • Kemasan bersih dan rapi: Ini penting buat jaga kualitas lempok tetap baik.


Di Mana Bisa Dapat Lempok Durian Khas Lampung?

Kamu bisa nemuin kue ini di berbagai toko oleh-oleh di Lampung. Beberapa tempat terkenal di antaranya:

  • Toko Yen-Yen – Bandar Lampung

  • Toko Robusta – Pringsewu

  • Pasar Bambu Kuning – pusat oleh-oleh dan jajanan tradisional

Banyak juga penjual online yang kirim ke seluruh Indonesia, jadi kalau kangen sama rasa durian Lampung, tinggal order aja!


Kenapa Harus Coba Lempok Durian?

Selain rasanya yang unik dan nagih, kue ini juga jadi bentuk pelestarian kuliner lokal. Dengan membeli dan menyebarluaskan makanan ini, secara nggak langsung kamu ikut mendukung UMKM lokal dan menjaga warisan kuliner Indonesia.

Jadi, kapan lagi bisa ngemil enak sambil bantu ekonomi daerah?


Penutup

Lempok durian bukan cuma sekadar oleh-oleh. Ini adalah bagian dari identitas kuliner Lampung yang patut dibanggakan. Rasanya yang khas, proses pembuatannya yang tradisional, dan keunikan aromanya bikin lempok durian layak jadi oleh-oleh wajib kalau kamu mampir ke tanah Sai Bumi Ruwa Jurai.

Kue Bingke Bangka: Manis Legit Warisan Kuliner Melayu

Resep Kue Bingka Kentang

1. Kue Bingke, Si Manis dari Bangka

Kalau kamu suka jajanan pasar yang manis legit, kue bingke dari Bangka https://wisatatpikota.id/ wajib banget masuk daftar coba kamu. Bentuknya cantik, biasanya bulat dan bergerigi kayak bunga, dengan tekstur lembut dan rasa manis yang pas banget di lidah.

Kue ini udah ada sejak lama, jadi salah satu warisan kuliner khas suku Melayu yang mendiami wilayah pesisir, termasuk Bangka. Meskipun banyak daerah juga punya versi kue bingke, versi Bangka punya ciri khas yang beda lho.


2. Asal-Usul dan Makna Kue Bingke

Kue ini bukan cuma soal rasa. Di balik kelezatannya, ada cerita budaya. Kue ini sering banget disajikan di acara-acara penting masyarakat Melayu, kayak pernikahan, syukuran, atau hari besar Islam.

Buat orang Melayu, kue ini simbol rasa syukur dan kebersamaan. Karena itu, bingke sering dibuat dalam jumlah banyak dan dibagi-bagi ke tetangga atau kerabat. Tradisi ini masih terus hidup sampai sekarang, lho!


3. Rasa Manisnya Pas, Teksturnya Lembut Banget

Yang bikin kue ini khas Bangka beda itu ya rasanya. Manisnya nggak lebay, justru bikin nagih. Teksturnya lembut banget, hampir mirip puding, tapi lebih padat dan lebih kaya rasa.

Biasanya terbuat dari campuran telur, santan, tepung, dan gula. Kadang juga ditambah vanili atau daun pandan biar wangi. Kalau dimakan masih hangat, beuh… lembutnya langsung lumer di mulut!


4. Bentuk Unik dan Warna Menggoda

Salah satu daya tarik utama kue ini adalah bentuknya yang cantik. Pakai cetakan khusus berbentuk bunga, jadi tampilannya langsung bikin jatuh hati. Warnanya juga biasanya kuning kecoklatan karena dipanggang, bikin makin menggoda.

Ada juga versi bingke yang pakai daun pandan, jadi warnanya hijau alami. Semuanya enak dan cocok banget buat camilan sore ditemani teh hangat.


5. Gampang Ditemuin di Pasar Tradisional

Kalau kamu lagi jalan-jalan ke Bangka, kue ini gampang banget ditemuin di pasar-pasar tradisional. Banyak ibu-ibu penjual kue yang menjajakan bingke dalam bentuk loyang besar atau potongan kecil.

Harganya juga ramah kantong. Dengan Rp5.000 sampai Rp10.000, kamu udah bisa nikmatin 1-2 potong bingke yang manis dan lembut. Cocok banget buat oleh-oleh atau bekal di perjalanan.


6. Bisa Dibuat Sendiri di Rumah

Mau coba bikin sendiri di rumah? Bisa banget! Bahan-bahannya gampang dicari dan prosesnya juga nggak ribet. Cuma butuh:

  • Telur ayam

  • Gula pasir

  • Santan kental

  • Tepung terigu

  • Vanili atau daun pandan

  • Garam secukupnya

Campur semua bahan, aduk rata, lalu tuang ke loyang cetakan bunga. Panggang sampai permukaannya kecoklatan. Tunggu dingin, dan jadi deh kue bingke buatan kamu sendiri!


7. Cocok Buat Segala Acara

Kue bingke itu fleksibel banget. Mau dijadiin camilan santai? Bisa. Mau disajikan di acara formal? Cocok. Mau dijadiin oleh-oleh? Pas banget!

Karena tampilannya cantik dan rasanya enak, banyak juga yang menjual bingke dalam kemasan modern buat oleh-oleh khas Bangka. Bahkan, sekarang sudah banyak yang memodifikasi resepnya biar tahan lama dan bisa dikirim ke luar daerah.


8. Bingke vs Bingka, Apa Bedanya?

Mungkin kamu pernah dengar juga nama “bingka” dari daerah lain seperti Kalimantan atau Riau. Nah, memang sih namanya mirip, tapi ada sedikit perbedaan.

Kue bingke Bangka biasanya lebih padat dan agak garing di pinggiran karena dipanggang. Sementara bingka dari daerah lain cenderung lebih lembut dan berair karena dikukus. Tapi secara rasa, dua-duanya tetap enak dan punya ciri khas masing-masing.


9. Yuk, Lestarikan Kue Tradisional Kita

Di tengah gempuran makanan modern, kue tradisional seperti bingke ini harus tetap dilestarikan. Nggak cuma enak, tapi juga punya nilai budaya tinggi yang jadi bagian dari identitas kita.

Kamu bisa bantu lestarikan dengan cara sederhana, lho. Misalnya, beli dari penjual lokal, belajar bikin sendiri, atau cukup cerita ke teman-teman soal kelezatan kue ini. Gampang, kan?


Kesimpulan: Kue Bingke, Cinta dari Gigitan Pertama

Kue bingke Bangka adalah bukti bahwa kuliner tradisional Indonesia itu luar biasa. Dari bentuk, rasa, sampai cerita di baliknya, semuanya bikin kita jatuh cinta.

Jadi, kalau kamu lagi di Bangka atau nemu bingke di pasar, jangan ragu buat cobain. Rasakan manis legitnya, dan nikmati warisan kuliner Melayu yang kaya makna.

Getas: Kue Tradisional dari Ikan Tenggiri yang Menggoda

Getas Bangka

1. Apa Itu Getas? Yuk Kenalan Dulu!

Kalau kamu dengar kata “getas”, mungkin bayangannya kue manis dari Jawa ya. Tapi tunggu dulu! Di Bangka, camilan ini https://wisatatpikota.id/ justru adalah camilan gurih yang dibuat dari ikan tenggiri.

Bentuknya kecil lonjong kayak pempek lenjer, tapi teksturnya lebih padat dan garing di luar. Biasanya digoreng sampai kuning keemasan dan disajikan hangat-hangat. Wangi ikannya langsung bikin perut keroncongan!


2. Dari Ikan Jadi Camilan? Kok Bisa?

Uniknya camilan ini karena bahan dasarnya adalah daging ikan tenggiri yang dihaluskan, dicampur tepung sagu, garam, dan kadang-kadang bawang putih. Semua bahan diulen sampai kalis, dibentuk lonjong, terus langsung digoreng.

Gampang, tapi butuh tangan terampil supaya teksturnya pas dan nggak keras. Makanya nggak semua orang bisa bikin Getas yang enak.


3. Getas Bukan Pempek, Tapi…

Banyak yang ngira camilan ini sama kayak pempek karena sama-sama dari ikan tenggiri. Tapi sebenarnya beda banget. Kalau pempek itu kenyal dan disajikan dengan cuko, Getas justru digoreng kering tanpa kuah, dan rasanya lebih ringan.

Camilan ini cocok banget buat teman ngopi atau teh sore-sore. Rasanya gurih, sedikit asin, dan punya aroma ikan yang khas tapi nggak amis. Sekali gigit, susah berhenti!


4. Cocok Buat Segala Usia

Camilan ini bisa dibilang ramah lidah semua orang—dari anak-anak sampai orang tua pasti suka. Nggak pedas, nggak terlalu asin, dan bisa dimakan begitu aja tanpa perlu tambahan apa pun.

Bahkan sekarang banyak Getas yang dijual dalam bentuk frozen, jadi bisa disimpan di kulkas dan digoreng kapan aja. Praktis banget buat stok camilan di rumah.


5. Asal-Usul Getas Khas Bangka

Getas ini udah lama banget jadi bagian dari tradisi kuliner masyarakat Bangka. Karena Bangka dikenal sebagai penghasil ikan tenggiri, masyarakatnya kreatif memanfaatkan ikan jadi berbagai olahan—termasuk camilan ini.

Biasanya camilan ini dibuat untuk acara keluarga, hari raya, atau sekadar jadi suguhan saat kumpul bareng tetangga. Tradisi sederhana yang bikin lidah bahagia.


6. Mau Bikin Sendiri? Gampang Kok!

Kalau kamu penasaran mau coba bikin camilan ini sendiri di rumah, bahan dan cara buatnya cukup simpel. Berikut resep singkatnya:

Bahan:

  • 250 gram daging ikan tenggiri giling

  • 100 gram tepung sagu

  • 1 siung bawang putih (haluskan)

  • Garam secukupnya

  • Minyak untuk menggoreng

Cara membuat:

  1. Campur semua bahan sampai bisa dibentuk.

  2. Bentuk lonjong sesuai selera.

  3. Panaskan minyak, goreng sampai kuning kecokelatan.

  4. Angkat dan sajikan hangat.

Tinggal disantap bareng teh panas, dijamin bikin sore makin nikmat!


7. Getas Bangka Kini Mendunia

Nggak cuma terkenal di Bangka, sekarang Getas juga mulai dikenal di luar daerah, bahkan sampai ke luar negeri lewat tangan para diaspora. Banyak UMKM yang mulai jualan online lewat media sosial atau e-commerce.

Buat kamu yang belum pernah coba, sekarang udah banyak Getas dalam kemasan beku (frozen food) yang bisa dikirim ke seluruh Indonesia. Jadi, nggak perlu jauh-jauh ke Bangka buat nyobain.


8. Peluang Bisnis dari Camilan Tradisional

Getas bisa jadi peluang usaha kuliner yang menarik, lho. Dengan bahan yang relatif murah dan cara pembuatan yang sederhana, Getas bisa dijual dalam bentuk siap makan atau frozen.

Apalagi sekarang tren makanan tradisional sedang naik daun. Orang-orang makin penasaran sama makanan khas daerah. Nah, Getas ini punya potensi besar buat jadi bintang baru di dunia camilan.


9. Simpel, Tradisional, Tapi Bikin Kangen

Kadang yang paling enak itu bukan makanan mahal, tapi justru camilan sederhana yang punya rasa khas dan mengingatkan kita sama rumah. Getas adalah salah satunya.

Kecil, sederhana, tapi punya cita rasa yang susah dilupakan. Kalau udah coba sekali, kamu pasti paham kenapa camilan ini begitu dicintai warga Bangka.


Kesimpulan

Getas bukan cuma sekadar camilan dari ikan tenggiri. Ia adalah bagian dari kekayaan budaya kuliner Indonesia yang patut dilestarikan. Gurih, sederhana, dan penuh kenangan.

Kericu: Si Mungil Pedas yang Hanya Ada di Bangka

Kericu, Camilan Khas Kampungnya Ahok - GenPI.co

1. Kenalan Yuk Sama Kericu

Kalau kamu belum pernah dengar nama Kericu https://wisatatpikota.id/ , tenang, kamu nggak sendiri. Kericu ini bukan nama artis Korea atau merek sepatu, tapi nama sambal khas dari Bangka. Bentuknya kecil-kecil, seukuran kelereng, tapi jangan salah—rasanya pedas nendang!

Biasanya sih orang luar Bangka nggak familiar sama sambal satu ini. Tapi buat warga Bangka, Kericu udah kayak lauk wajib yang harus ada di meja makan.


2. Sambal Unik, Nggak Ada Duanya

Kericu itu terbuat dari cabai rawit utuh, bukan diulek kayak sambal biasa. Jadi cabainya masih bulat-bulat gitu, direndam di dalam minyak kelapa yang udah dicampur bumbu rahasia. Makanya rasanya tuh beda dari sambal lain—pedas, gurih, dan ada aroma khas yang bikin pengen nambah nasi terus.

Karena disimpan dalam minyak, sambal ini juga bisa awet berbulan-bulan. Cocok banget buat dijadiin oleh-oleh!


3. Asal-Usulnya Dari Mana, Sih?

Camilan ini sebenarnya lahir dari kebiasaan masyarakat Bangka yang nggak bisa lepas dari sambal. Tapi karena nggak mau ribet ulek-ulek sambal tiap hari, mereka bikin versi yang bisa disimpan lama.

Konon katanya, dulu camilan ini dibuat untuk bekal nelayan yang berlayar berhari-hari. Soalnya gampang dibawa dan bisa tahan lama. Tradisi sederhana yang akhirnya jadi kuliner khas!


4. Cara Makan Kericu Biar Lebih Nikmat

Kalau kamu baru pertama kali coba camilan ini, mending dimakan bareng nasi putih panas dan lauk sederhana kayak ikan goreng atau telur dadar. Pedasnya nyatu banget sama rasa gurih lauk dan nasinya.

Banyak juga yang suka campur camilan ini ke dalam mie instan atau nasi goreng biar makin mantap. Tapi inget ya, satu biji aja udah cukup bikin bibir jontor!


5. Bisa Ditemuin Di Mana Aja?

Sayangnya, Kericu ini belum banyak diproduksi secara massal. Jadi kamu cuma bisa nemuin sambal ini langsung di Bangka—biasanya dijual di pasar tradisional atau oleh-oleh khas daerah.

Ada juga beberapa UMKM yang udah mulai jual online, tapi pastikan kamu beli dari produsen asli Bangka biar dapet rasa yang otentik.


6. Potensi Bisnis yang Menjanjikan

Buat kamu yang suka kuliner dan pengen usaha, Kericu ini bisa jadi peluang menarik lho. Belum banyak yang tahu, tapi sekali coba pasti nagih.

Dengan kemasan yang menarik dan strategi pemasaran yang tepat, Kericu bisa banget bersaing di pasar sambal nasional. Apalagi sekarang banyak orang yang suka eksplor sambal-sambal unik dari daerah.


7. Jangan Salah, Kericu Bukan Cuma Pedas

Meski terkenal karena pedasnya, Kericu juga punya rasa lain yang bikin beda. Ada sensasi sedikit manis dari minyak kelapa dan aroma daun jeruk yang bikin segar. Pokoknya nggak monoton!

Makanya sambal ini cocok banget buat kamu yang bosan sama sambal ulek biasa.


8. Cobain Deh Sekali, Pasti Ketagihan

Kalau kamu ke Bangka, jangan cuma cari martabak atau otak-otak aja. Coba cari Kericu juga, dan rasain sendiri kenapa sambal ini istimewa. Bentuknya boleh mungil, tapi rasanya bisa ngalahin sambal restoran mahal!


Kesimpulan

Kericu adalah bukti bahwa kuliner Indonesia itu luar biasa kaya dan unik. Dari bentuk kecil dan sederhana, sambal ini berhasil nyuri perhatian banyak orang. Pedas, gurih, dan otentik—semua ada di dalam satu gigitan kecil.

Kue Bay Tat: Peninggalan Kerajaan yang Digemari di Bengkulu

RRI.co.id - Bay Tat, Kuliner Tradisional yang Menggugah Selera

1. Kue Bay Tat, Kue Legendaris dari Bengkulu

Kalau kamu jalan-jalan ke Bengkulu, pasti nggak asing dengan yang namanya Kue Bay Tat. Kue ini https://wisatatpikota.id/ bukan kue sembarangan, lho! Dia adalah salah satu kue tradisional yang sudah ada sejak zaman kerajaan dulu. Jadi, selain enak, kue ini punya nilai sejarah yang bikin kita bangga sebagai orang Bengkulu.

Bay Tat ini punya bentuk kecil-kecil, biasanya isiannya manis dan legit. Teksturnya lembut, gampang banget dimakan kapan saja. Makanya, kue ini masih tetap digemari sampai sekarang, baik oleh warga lokal maupun wisatawan.


2. Sejarah Singkat Kue Bay Tat di Bengkulu

Menurut cerita turun-temurun, Kue ini dulu sering disajikan di acara kerajaan sebagai hidangan istimewa. Karena rasa manisnya yang khas dan pembuatannya yang rumit, kue ini menjadi simbol kemewahan dan kehormatan.

Meski zaman sudah berubah, tradisi membuat Kue ini tetap lestari di Bengkulu. Banyak ibu-ibu dan penjual kue tradisional yang masih mempertahankan resep asli agar cita rasa dan kualitasnya tetap sama seperti dulu.


3. Apa Sih, Kue Bay Tat Itu?

Kalau kamu belum pernah coba, Kue Bay Tat adalah kue kecil yang terbuat dari campuran tepung terigu, santan, dan gula. Isian paling umum adalah campuran kelapa parut dan gula merah yang dimasak hingga karamel.

Setelah itu, kue ini dipanggang dalam cetakan kecil khusus sampai warnanya kecokelatan dan aromanya harum banget. Rasa manisnya pas, nggak bikin eneg, dan teksturnya yang lembut tapi agak kenyal bikin kue ini beda dari kue lain.


4. Cara Membuat yang Otentik

Kalau kamu pengen coba bikin sendiri di rumah, intinya kamu butuh bahan-bahan sederhana seperti tepung terigu, santan kelapa, gula merah, kelapa parut, dan sedikit garam. Tapi kunci utamanya ada di proses memasaknya.

Isian gula merah dan kelapa harus dimasak sampai benar-benar karamel dan lengket. Setelah itu, adonan dicampur santan dan tepung, lalu dimasukkan ke cetakan kecil. Panggang dengan api sedang supaya matang merata dan permukaan kue kecokelatan cantik.


5. Kue Bay Tat, Cocok untuk Segala Acara

Kue ini bukan cuma kue untuk acara formal kerajaan zaman dulu, tapi sekarang sudah jadi cemilan sehari-hari yang cocok dihidangkan kapan pun. Mau buat arisan, kumpul keluarga, sampai jadi oleh-oleh buat tamu, Bay Tat selalu jadi pilihan.

Bahkan banyak warung dan toko kue di Bengkulu yang khusus jual Kue ini, karena permintaannya terus naik dan masyarakat semakin mencintai kuliner tradisional.


6. Peran Kue Bay Tat dalam Pelestarian Budaya Bengkulu

Melestarikan Kue Bay Tat berarti juga melestarikan budaya Bengkulu yang kaya. Dengan terus memproduksi dan menikmati kue ini, generasi muda makin mengenal akar budaya dan sejarah daerahnya.

Sekarang banyak komunitas kuliner dan event budaya yang mempromosikan Kue ini supaya semakin dikenal luas, tidak cuma di Bengkulu, tapi juga seluruh Indonesia bahkan dunia.


7. Tips Menikmati Kue Bay Tat yang Pas

Kalau kamu beli Kue ini di pasar atau toko, pastikan kue masih segar dan baru dipanggang. Biasanya kue ini paling enak dimakan hangat, apalagi ditemani dengan teh manis hangat atau kopi hitam.

Kue ini juga enak banget kalau jadi teman ngobrol santai di sore hari. Rasanya yang manis legit dan lembut bikin suasana makin akrab dan hangat.


Yuk, Cintai Kue Tradisional Kita!

Kue ini bukan cuma kue biasa, tapi simbol sejarah dan budaya Bengkulu yang harus kita lestarikan. Kalau kamu belum pernah coba, jangan ragu buat cari atau bikin sendiri. Rasakan manisnya sejarah dalam tiap gigitan!

Kalau kamu suka cerita dan resep kuliner tradisional seperti ini, share ke teman-teman dan keluarga supaya warisan budaya kita tetap hidup dan terus dinikmati.

Lompong Sagu: Camilan Unik Berbalut Daun Pisang

Lompong Sagu, Kue Panggang Khas Minang yang Mulai Langka

Apa Itu Lompong Sagu?

Pernah dengar Lompong Sagu? Ini camilan tradisional wisatatpikota.id yang mungkin belum terlalu terkenal, tapi punya rasa dan tekstur yang unik banget. Lompong Sagu adalah jajanan khas Indonesia yang terbuat dari bahan utama sagu — tepung yang berasal dari batang pohon sagu.

Yang bikin beda, kue ini dibungkus rapi dengan daun pisang sebelum dikukus, jadi selain rasanya enak, tampilannya juga menarik dan khas banget.


Bahan dan Cara Membuat Lompong Sagu

Untuk bikin kue ini, bahan utama yang dipakai tentu saja tepung sagu. Biasanya tepung ini dicampur dengan santan dan gula merah cair sebagai pemanis alami.

Adonan ini kemudian dibungkus dengan daun pisang yang sudah dipotong-potong, dibentuk seperti tabung kecil, lalu dikukus sampai matang. Proses pengukusan membuat camilan ini punya tekstur kenyal dan sedikit lengket.

Bungkus daun pisang bukan cuma untuk menjaga bentuk saja, tapi juga menambah aroma harum yang alami saat dikukus.


Rasa dan Tekstur Lompong Sagu

Saat digigit, kamu akan merasakan tekstur kenyal yang khas dari sagu, dengan rasa manis alami dari gula merah yang meresap sampai ke dalam. Aromanya harum karena daun pisang yang membungkusnya.

Camilan ini pas banget buat teman santai sore sambil ngopi atau teh hangat. Rasanya nggak terlalu manis, jadi tetap ringan dan cocok buat semua usia.


Lompong Sagu di Berbagai Daerah

Meskipun berasal dari Indonesia bagian timur, terutama daerah Papua dan Maluku, kue ini juga bisa ditemui di beberapa wilayah lain dengan variasi bahan dan rasa.

Di beberapa tempat, gula merah diganti dengan gula putih, atau ada tambahan kelapa parut di atasnya. Tapi secara umum, kue ini tetap mempertahankan ciri khasnya: sagu sebagai bahan utama dan daun pisang sebagai pembungkus.


Kenapa Harus Coba Lompong Sagu?

Kalau kamu suka camilan tradisional yang ringan tapi punya rasa khas, kue ini wajib masuk daftar coba kamu. Selain enak, camilan ini juga sehat karena bahan dasarnya alami dan rendah lemak.

Selain itu, tekstur kenyalnya memberikan pengalaman makan yang berbeda dari kue basah biasa. Ditambah dengan aroma daun pisang yang alami, bikin makan kue ini jadi pengalaman unik yang sulit dilupakan.


Cocok Untuk Acara Apa Saja?

Lompong Sagu biasanya disajikan di acara adat, festival budaya, atau saat kumpul keluarga. Tapi nggak jarang juga camilan ini dijual di pasar tradisional sebagai jajanan harian.

Kalau kamu lagi pengen bawa oleh-oleh khas daerah timur Indonesia, kue ini bisa jadi pilihan tepat karena tahan lama dan gampang dibawa.


Tips Menikmati Lompong Sagu

Nikmati kue ini dalam keadaan hangat atau suhu ruang agar teksturnya tetap kenyal. Kamu bisa juga menghangatkannya sebentar dengan dikukus ulang sebelum disajikan.

Kalau mau, tambahkan parutan kelapa atau sedikit gula merah cair sebagai pelengkap. Minuman favorit buat temani kue ini adalah kopi hitam atau teh manis.


Yuk, Lestarikan Camilan Tradisional!

Di tengah gempuran camilan modern, Lompong Sagu dan jajanan tradisional lain perlu terus kita lestarikan. Cobalah untuk membeli camilan ini di pasar lokal atau warung tradisional agar pengrajin tetap semangat membuatnya.

Selain itu, kamu bisa berbagi cerita tentang kue ini di media sosial supaya lebih banyak orang tahu dan mencintai kuliner nusantara.


Penutup: Lompong Sagu, Kenikmatan Tradisional yang Autentik

Kue ini bukan cuma soal rasa manis dan tekstur kenyal, tapi juga bagian dari warisan kuliner Indonesia yang kaya dan beragam. Setiap gigitan mengajak kita untuk mengenang tradisi dan menghargai kekayaan budaya.

Lamang Tapai: Perpaduan Manis Asam yang Tradisional

Lamang Tapai, Makanan Purba yang Tak Habis Digerus Zaman

Proses Membuat Lamang Tapai yang Unik

Proses pembuatan lamang tapai wisatatpikota.id cukup menarik dan memerlukan kesabaran. Pertama, ketan dimasak dengan santan sampai matang dan gurih, kemudian dibungkus dengan daun janur muda berbentuk tabung panjang.

Setelah dikukus, lamang ini biasanya disajikan bersama tapai ketan yang sudah difermentasi selama beberapa hari. Fermentasi tapai memberikan rasa asam yang unik dan aroma khas yang sedikit mengingatkan pada anggur.

Banyak keluarga tradisional masih mempertahankan resep dan cara fermentasi tapai turun-temurun agar cita rasanya tetap otentik.


Rasa Manis Asam yang Bikin Ketagihan

Yang bikin Lamang Tapai beda dari jajanan lain adalah rasa perpaduannya yang unik. Di satu sisi, lamang hadir dengan rasa manis gurih dari santan dan ketan, sementara tapai memberikan sensasi asam yang menyegarkan.

Saat disantap bersama, rasa manis dan asam ini saling melengkapi, menciptakan sensasi yang bikin kamu pengen makan lagi dan lagi. Teksturnya pun menarik, dari kenyalnya ketan hingga lembutnya tapai fermentasi.

Cocok banget buat kamu yang suka makanan tradisional dengan rasa yang kompleks tapi tetap ringan.


Kapan Biasanya Lamang Tapai Disajikan?

Lamang ini bukan cuma makanan sehari-hari, tapi sering hadir dalam berbagai acara adat dan perayaan di daerah seperti Sumatera Barat, Riau, dan beberapa wilayah di Indonesia lainnya.

Misalnya di acara pernikahan, kenduri, hingga saat Lebaran dan Tahun Baru. Menyajikan lamang tapai di momen-momen spesial ini dianggap sebagai simbol keberkahan dan rasa syukur.

Selain itu, jajanan ini juga sering dijadikan oleh-oleh khas daerah karena tahan lama dan praktis dibawa.


Manfaat dan Nilai Budaya

Selain rasanya yang enak, makanan ini juga punya nilai budaya dan kesehatan. Fermentasi pada tapai diketahui bisa membantu pencernaan karena adanya bakteri baik.

Dari sisi budaya, makanan ini menunjukkan bagaimana masyarakat Indonesia bisa mengolah bahan lokal sederhana jadi makanan yang kaya rasa dan makna.

Tradisi pembuatan dan penyajiannya pun memperkuat ikatan sosial antar anggota keluarga dan tetangga saat membuatnya bersama-sama.


Cara Menikmati Lamang Tapai

Kalau kamu pertama kali coba Lamang Tapai, ada beberapa tips supaya rasanya makin nikmat:

  • Potong lamang menjadi ukuran kecil agar gampang disantap.

  • Ambil secukupnya tapai, jangan terlalu banyak supaya rasa asamnya pas.

  • Nikmati bersama teh hangat atau kopi supaya perpaduan rasa makin terasa.

  • Bisa juga ditambah sedikit kelapa parut untuk sensasi gurih tambahan.

Makanan ini enak dinikmati saat santai di sore hari, sambil ngobrol bersama keluarga atau teman.


Sudah Coba Buat Sendiri?

Kalau kamu suka tantangan di dapur, membuat makanan ini sendiri juga bisa jadi pengalaman seru. Cukup siapkan ketan, santan, daun janur, ragi tapai, dan waktu untuk fermentasi.

Meski prosesnya agak panjang, hasilnya akan terasa lebih spesial karena dibuat sendiri dengan cinta.

Selain itu, bikin makanan ini juga bisa jadi cara mengenalkan tradisi dan budaya kuliner Indonesia ke generasi muda.


Yuk, Lestarikan Makanan Tradisional Ini!

Di tengah arus makanan modern, jajanan seperti Lamang Tapai berpotensi terlupakan. Padahal, camilan ini menyimpan cerita panjang dan nilai budaya yang tak ternilai.

Kamu bisa mulai dari hal kecil, seperti membeli lamang tapai di pasar tradisional, membagikan cerita tentang makanan ini di media sosial, atau coba membuat sendiri di rumah.

Dengan begitu, makanan ini tetap hidup dan terus dinikmati oleh banyak generasi ke depan.


Penutup: Manis Asam Lamang Tapai, Cita Rasa yang Tak Lekang Waktu

Makanan ini bukan hanya soal rasa manis dan asam yang menyegarkan, tapi juga cerminan tradisi dan kebersamaan dalam masyarakat Indonesia.

Setiap gigitan mengajak kita untuk mengenang warisan leluhur dan menghargai keindahan kuliner tradisional yang sederhana tapi kaya makna.

Meuseukat: Manisan Kacang Aceh yang Mirip Dodol, tapi Berbeda

Resep Meuseukat (Khas Aceh) oleh Mutiarisa - Cookpad

Sekilas tentang Meuseukat

Kalau kamu jalan-jalan ke Aceh, salah satu oleh-oleh yang sering direkomendasikan adalah Meuseukat wisatatpikota.id . Namanya memang nggak seterkenal dodol Garut, tapi soal rasa dan tradisi, kue ini punya tempat istimewa di hati orang Aceh.

Meuseukat adalah sejenis manisan yang teksturnya lembut dan kenyal, berbahan dasar kacang tanah, tepung, gula, dan air. Sekilas memang mirip dodol, tapi kalau udah dicoba, kamu bakal tahu rasanya beda banget!


Bahan dan Cara Bikin yang Unik

Salah satu hal yang bikin kue ini beda adalah bahannya. Kalau dodol biasa pakai ketan dan santan, kue ini justru pakai kacang tanah yang sudah disangrai dan dihaluskan, dicampur dengan tepung terigu, gula, dan sedikit rempah seperti kayu manis dan cengkeh.

Proses masaknya juga nggak main-main. Semua bahan diaduk terus-menerus di atas api kecil, sampai mengental dan bisa dicetak. Biasanya dicetak di atas nampan besar, lalu dipotong-potong kotak kecil.

Teksturnya kenyal, tapi nggak lengket di gigi. Rasanya manis legit dengan aroma kacang yang khas—bikin siapa aja yang coba pasti nambah!


Filosofi di Balik Rasa Manisnya

Meuseukat bukan cuma camilan biasa. Di Aceh, manisan ini punya makna khusus. Biasanya disajikan dalam acara pernikahan, tunangan, atau sebagai oleh-oleh saat menyambut tamu penting.

Rasa manisnya dianggap sebagai simbol harapan agar hubungan yang terjalin juga manis, harmonis, dan langgeng. Karena itu, kue ini juga disebut “manisan cinta” oleh sebagian masyarakat Aceh.

Tradisi ini masih dijaga sampai sekarang. Bahkan, dalam beberapa keluarga, resep meuseukat diwariskan turun-temurun.


Mirip Dodol, Tapi Tetap Punya Ciri Khas

Kalau dilihat sepintas, kamu mungkin ngira meuseukat itu dodol biasa. Tapi coba kamu perhatikan baik-baik, ada beberapa perbedaan yang bikin kue ini punya ciri khas:

  • Bahan Utama: Meuseukat pakai kacang tanah, sedangkan dodol umumnya pakai ketan dan santan.

  • Rasa: Meuseukat punya rasa kacang yang kuat dan aroma rempah yang khas.

  • Tekstur: Lebih lembut dan padat, tapi nggak se-lengket dodol.

  • Tampilan: Biasanya dicetak lebih tipis dan dipotong rapi, bahkan dibungkus satu per satu.

Jadi meskipun mirip dodol, meuseukat tetap punya identitas sendiri yang bikin orang Aceh bangga.


Oleh-Oleh Khas yang Mulai Langka

Sayangnya, meskipun enak dan bersejarah, Meuseukat mulai jarang ditemukan. Hanya beberapa toko oleh-oleh di Banda Aceh atau daerah Pidie yang masih memproduksinya secara tradisional.

Alasannya sederhana—proses pembuatannya butuh waktu dan tenaga. Di zaman serba cepat ini, banyak orang lebih memilih jajanan modern. Tapi untungnya, masih ada UMKM lokal yang tetap setia memproduksi kue ini dan menjualnya secara online juga.

Kalau kamu pencinta kuliner tradisional, jangan lupa cari Meuseukat pas berkunjung ke Aceh. Atau kamu juga bisa beli lewat toko oleh-oleh Aceh di e-commerce.


Cara Menikmati Meuseukat

Meuseukat cocok banget jadi camilan sore sambil minum teh atau kopi. Karena rasanya manis, kamu juga bisa padukan dengan minuman pahit seperti kopi arabika Gayo biar lebih seimbang.

Selain itu, kue ini juga tahan lama kalau disimpan dengan baik. Bungkusannya biasanya pakai plastik atau kertas minyak, jadi bisa dibawa sebagai oleh-oleh tanpa takut basi.

Kalau kamu kreatif, kue ini juga bisa dijadikan topping untuk kue atau dessert modern. Rasanya tetap cocok dan bisa jadi twist yang unik!


Yuk, Lestarikan Makanan Tradisional!

Meuseukat bukan cuma makanan enak, tapi juga bagian dari identitas budaya Aceh. Di balik rasanya yang manis, ada nilai-nilai warisan, harapan, dan kebersamaan yang patut dijaga.

Kita bisa bantu melestarikannya dengan cara simpel, seperti:

  • Membeli produk kue ini dari pengrajin lokal

  • Mengenalkan kue ini ke teman atau keluarga

  • Membagikan cerita dan informasi tentang Meuseukat di media sosial

Dengan begitu, Meuseukat bisa tetap eksis dan nggak dilupakan generasi mendatang.


Penutup: Manisan Lokal, Rasa Nasional

Meuseukat adalah contoh nyata kalau makanan tradisional Indonesia itu kaya rasa dan makna. Walau mirip dodol, ia punya karakter sendiri yang khas—dari bahan, rasa, sampai tradisi di baliknya.

Jadi, yuk cintai dan lestarikan kuliner lokal seperti Meuseukat. Karena setiap potong manisan ini adalah potongan sejarah dan budaya yang patut kita banggakan.

slot depo 5k